1. KONSEP PEMASARAN SECARA UMUM
1.1.Menciptakan Nilai dan Kepuasan Bagi Pelanggan
Dewasa ini, perusahaan menghadapi
persaingan yang paling hebat, meskipun demikian, dengan beralih dari filosofi
produk dan penjualan yang lebih baik untuk memenangkan persaingan. Dasar
dari orientasi pemasaran yang dibentuk dengan baik ada hubungan pelanggan yang
kuat. Pemasar harus berhubungan dengan mereka berproses dalam
menciptakan nilai tambah, bahkan menikmati produknya, serta menjadi pelanggan
yang loyal.
Pemasar
berkewajiban mengimpormasikan, melibatkan diri bahkan mendorong mereka dengan
baik ketika ia menyarangkan untuk membuat pelanggan menjadi pusat budaya
perusahaan, karena perusahaan yang berpusat pada pelanggan
mempunyai keahlian dalam membangun hubungan pelanggan, bukan hanya produk,
tetapi mempunyai kemampuan atau keahlian dalam rekayasa pasar. Pemasar yang
berhasil adalah pemasar yang secara total memuaskan pelanggan dengan
menguntungkan.
Pemasar
harus dapat mengetahui, memahami serta dapat memcari jalan keluar terhadap
kesulitan atau ketidak tauan dalam mendapatkan akses informasi serta dinamika
informasi sehingga konsumen dapat memutuskan untuk memberli produk serta dari
pengalaman dan apa yang di dapat dari karakteristik dari produk itu
menjadikannya puas dan kembali membeli bahkan menjadi pelanngan yang loyal.
Dari aspek
pandang di atas dari sekian pelanggan dengan berbagai karakteristik diatas
secara realitas ada perbedaan presepsi yang mendasar dalam menilai, menyatakan
apa puas, serta dari pasca pembelian dan konsumsi dapat menjawab konsep diatas.
Olehnya itu sesgera pemasar dapat meyakinkan pelanggan dengan cara atau
tindakan antara lain:
1. Menciptakan
nilai.
Nilai
adalah: Perkiraan konsumen tentang kemampuan total suatu produk untuk memenuhi
kebutuhannya. Nilai Terhantar pada Pelanggan adalah: selisih antara jumlah
nilai bagi pelanggan dan jumlah biaya dari pelanggan. Dan Jumlah nilai adalah
sekelompok keuntungan yang diharapkan pelanggan dari barang dan jasa tertentu. Pelanggan
biasanya akan memilih penawaran yang paling tinggi nilai terhantarnya, dengan
harapan akan mendapatkan kepuasan.
Kepuasan adalah: Tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dia rasakan
dibandingkan dengan harapan
Bagaimana pembeli membentuk harapannya
1. Pengalaman
2. Komentar orang lain
3. Janji dan informasi dari pemasar
4. Informasi dari pesain
Menghantarkan Nilai dan Kepuasan Pelanggan
• Rantai Nilai (Value Chain)
Proses penciptaan nilai bukan hanya tgjwb bagian pemasaran, namun semua bagian dlm perusahaan. Rantai nilai diwujudkan dlm 9 kegiatan penting: bahan baku, operasi, logistik keluar, pemasaran & penjualan, pelayanan. Infrastruktur, MSDM, Teknologi, dan pengadaan barang.
• Sistem Penghantaran Nilai
Perusahaan harus mencari keunggulan bersaing di luar rantai nilainya sendiri, sampai ke rantai pemasok, penyalur, dan akhirnya pelanggannya.
Eksekutif pemasaran masa kini, tidak boleh hanya berorientasi mendptkan keuntungan saat ini namun harus juga berfikir jauh ke depan.
Pola kemitraan saat ini dikembangkan untuk mendapatkan nilai yang tertinggi yang tidak mudah terkalahkan oleh pesaing.
2. Kepuasan Pelanggan.
Marketer harus berupaya agar pelanggan tetap loyal pada produk kita, tidak berpindah ke produk yang lain. Lebih efisien kita mempertahankan pelanggan 100 orang dr pada kita menciptakan 100 orang pelanggan baru lagi. Biaya menarik 1 pelanggan lebih besar dr pd mempertahankan 5 pelanggan lama
Bagaimana pembeli membentuk harapannya
1. Pengalaman
2. Komentar orang lain
3. Janji dan informasi dari pemasar
4. Informasi dari pesain
Menghantarkan Nilai dan Kepuasan Pelanggan
• Rantai Nilai (Value Chain)
Proses penciptaan nilai bukan hanya tgjwb bagian pemasaran, namun semua bagian dlm perusahaan. Rantai nilai diwujudkan dlm 9 kegiatan penting: bahan baku, operasi, logistik keluar, pemasaran & penjualan, pelayanan. Infrastruktur, MSDM, Teknologi, dan pengadaan barang.
• Sistem Penghantaran Nilai
Perusahaan harus mencari keunggulan bersaing di luar rantai nilainya sendiri, sampai ke rantai pemasok, penyalur, dan akhirnya pelanggannya.
Eksekutif pemasaran masa kini, tidak boleh hanya berorientasi mendptkan keuntungan saat ini namun harus juga berfikir jauh ke depan.
Pola kemitraan saat ini dikembangkan untuk mendapatkan nilai yang tertinggi yang tidak mudah terkalahkan oleh pesaing.
2. Kepuasan Pelanggan.
Marketer harus berupaya agar pelanggan tetap loyal pada produk kita, tidak berpindah ke produk yang lain. Lebih efisien kita mempertahankan pelanggan 100 orang dr pada kita menciptakan 100 orang pelanggan baru lagi. Biaya menarik 1 pelanggan lebih besar dr pd mempertahankan 5 pelanggan lama
Cara mempertahankan pelanggan diantaranya:
1. Menyulitkan pembeli untuk berganti pemasok. Pelanggan tidak akan pindah ke pemasok lain jika biaya modalnya tinggi, biaya pencarian tinggi, potongan sebagai pelanggan setianya hilang, dll.
1. Menyulitkan pembeli untuk berganti pemasok. Pelanggan tidak akan pindah ke pemasok lain jika biaya modalnya tinggi, biaya pencarian tinggi, potongan sebagai pelanggan setianya hilang, dll.
2. Memberikan kepuasan pelanggan yang tinggi sehingga
pelanggan tidak mudah tertarik dengan tawaran lain dengan harga yang lebih
murah
Bagaimana menciptakan nilai hubungan dengan pelanggan
1. Memberikan keuntungan finansial bagi hubungan pelanggan
2. Menambahkan keuntungan sosial, dengan memberikan pelayanan yang lebih pribadi. Tidak hanya sebagai pelanggan tetapi sebagai klien.
3. Menambahkan ikatan stuktural disamping finansial dan sosial. Misalnya menyediakan jaringan komputer pemesanan.
Bagaimana menciptakan nilai hubungan dengan pelanggan
1. Memberikan keuntungan finansial bagi hubungan pelanggan
2. Menambahkan keuntungan sosial, dengan memberikan pelayanan yang lebih pribadi. Tidak hanya sebagai pelanggan tetapi sebagai klien.
3. Menambahkan ikatan stuktural disamping finansial dan sosial. Misalnya menyediakan jaringan komputer pemesanan.
1.2.Perencanaan
Strategis dan Proses Pemasaran
Perencanaan
Strategis (Strategic Planning) adalah proses mengembangkan dan
mempertahankan kecocokan strategis antara tujuan dan kemampuan perusahaan serta
peluang pemasaran yang sedang berubahPerencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk menentukan strategi atau arahan, serta mengambil
keputusan untuk mengalokasikan sumber dayanya (termasuk modal dan sumber
daya manusia) untuk
mencapai strategi ini.
Berdasarkan
beberapa pengertian diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa perencanaan
strartegis adalah adalah menemukan cara agar perusahaan dapat menggunakan
kemampuanya dengan cara terbaik untuk mengambil keuntungan dari peluang yang
berubah. Di dalam menjalankan perusahaan terdapat langkah-langkah strategis, yaitu :
Mendefinisikan Visi dan Misi
Perusahaan
Menentukan Tujuan dan Sasaran
Perusahaan
Merancang Portofolio Bisnis
Merencanakan strategi fungsional
1) Mendefinisikan Visi dan Misi
Perusahaan
Pengertian
misi adalah apa yang harus dilakukan suatu organisasi atau perusahaan
agar berhasil, misi dapat menentukan bisnis apa yang akan
dijalankan.Sedangkan pengertian visi adalah cara pandang jauh ke depan, ke mana
organisasi atau perusahaan harus dibawa, agar organisasi tersebut dapat eksis.
Visi dapat menentukan akan menjadi apa bisnis yang dijalankan.
Misi memeiliki beberapa persyaratan, yaitu :
Tidak terlalu sempit atau terlalu luas. Ukuran
tidak sempit dan luas menunjukkan lingkup atau bidang yang terkait dengan
kegiatan perusahaan.
Realistik. Realistik menunjukkan kompetensi
perusahaan untuk mencapai misi yang telah dinyatakan, apakah sesuatu yang dapat
dicapai atau tidak.
Spesifik. Spesifik menunjukkan bahwa perusahaan
berbeda dengan perusahaan lainnya, kalaupun menghasilkan produk yang
penggunaannya sama.
Memotivasi. Bagaimanapun misi harus memotivasi
seluruh karyawan ataupun staf untuk bekerja lebih baik guna dapat mencapai
kinerja yang lebih baik.
Contoh pernyataan visi dan misi :
Bank Muamalat Indonesia
Visi
Menjadi Bank Syari’ah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,
dikagumi di pasar rasional.
Misi
Menjadi role model Lembaga Keuangan
Syari’ah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan
manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai
kepada stakeholder.
2) Menentukan Tujuan dan Sasaran
Perusahaan
Tujuan
perusahaan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan oleh perusahaan
dalam jangka panjang. Pengertian Sasaran adalah hasil- hasil yang ingin dicapai
dalam jangka pendek. Jadi, tujuan dan sasaran dalam perusahaan saling
berkaitan dan saling berkesinambungan, perusahan pun harus berusaha keras dalam
mencapainya.
3) Merancang Portofolio Bisnis
Portofolio
Bisnis (Business Portofolio) adalah kumpulan bisnis dan produk yang membentuk
Perusahaan. Portifolio bisnis yang baik adalah yang paling cocok
dengan kekuatan dan kelemahan perusahaan terhadap peluang dalam lingkungan.
Rencana strategis mendedinisikan misi dan tujuan perusahaan secara
keseluruhan. Dalam setiap unit bisnis pemasaran memainkan peran dalam membantu
pencapaian seluruh tujuan stategis.
Proses
Pemasaran
Peran dan
kegiatan pemasaran dapat dilihat pada peraga berikut :
Konsumen sasaran berada dibagian tengah, perusahaan memusatkan perhatian
dalam pelayanan serta pemuasan konsumen sasarannya. Perusahaan merancang bauran
pemasaran (4 P) yang disusun oleh faktor-faktor di bawah kendalinya. Untuk
mendapatkan bauran pemasaran yang baik dan dapat melaksanakannya, perusahaan
turut serta dalam analisis pemasaran, perencanaan, implementasi, dan
pengawasan. Melalui kegiatan-kegiatan ini perusahaan pengamatan dan penyesuaian
terhadap lingkungan pemasaran.
Pembahasan masing-masing elemen :
a. Konsumen sasaran
Untuk mencapai kesuksesan dalam persaingan pada saat ini, perusahaan harus
berorientasi pada langganan, memenangkan pelanggan dari pesaing dan
mempertahankan mereka dengan memberikan nilai yang lebih besar. Sebelum dapat
memuaskan konsumen, hal pertama yang harus dilakukan perusahaan adalah memahami
kegiatan dan kebutuhan mereka. Dalam hal ini, pemasaran memerlukan analisis
yang cermat terhadap konsumen. Perusahaan mengetahui bahwa mereka tidak dapat memuaskan seluruh konsumen.
Terlalu banyak konsumen dengan beragam kebutuhan yang berbeda, maka perusahaan
harus memilih segmen yang lebih menguntungkan. Proses ini terdiri dari tiga
langkah, yaitu : segmentasi pasar, menetapkan pasar sasaran dan menentukan
posisi di pasar.
Segmentasi pasar
Membagi suatu pasar ke dalam kelompok-kelompok pembeli yang berbeda-beda
berdasarkan kebutuhan dasar, karateristik, atau perilaku yang mungkin memerlukan
kelompok konsumen yang memberikan respon dengan cara yang sama terhadap
serangkaian usaha-usaha pemasaran tertentu.
Menetapkan pasar
sasaran (market targeting)
proses pengevaluasian daya tarik dari masing-masing segmen pasar dan
memilih satu atau lebih segmen untuk dimasuki. Menetapkan posisi (positioning),
mengatur sebuah produk agar mendapatkan tempat yang jelas, dapat dibedakan,
serta lebih diharapkan ketimbang produk pesaing dalam benak konsumen sasaran.
Strategi
pemasaran untuk keunggulan kompetitif
Merancang strategi pemasaran yang kompetitif dimulai dengan melakukan
analisis erhadap pesaing. Perusahaan secara terus menerus membandingkan nilai
dan kepuasan pelanggan dengan nilai yang diberikan oleh produk, harga,
distribusi, dan promosi pesaing dekatnya. Dengan cara ini, perusahaan dapat
melihat seberapa besar keuntungan dan kerugian potensial. Maka timbul
pertanyaan : siapa pesaing kita ? bagaimana perusahaan lain akan bereaksi
terhadap strategi kompetisi yang mungkin kita gunakan?
Strategi pemasaran kompetitif yang diambil oleh perusahaan tergantung pada
posisi industrinya.
Mengembangkan
bauran pemasaran
Setelah
memutuskan strategi pemasaran kompetitifnya secara keseluruhan, perusahaan
mulai menyiapkan perencanaan bauran yang rinci. Bauran pemasaran adalah
seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol – produk, harga, promosi,
distribusi yang dipadukan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar
sasaran.
Produk, artinya
kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran.
Maka, produk mobil kijang dari toyota terdiri dari lampu, busi, serta ratusan
suku cadang lainnya. Toyota menawarkan beberapa gaya kijang serta lusinan model
pilihan. Toyota memberikan garasi untuk setiap produknya.
Harga (price),
adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk.
Toyota membuat sejumlah perhitungan harga eceran yang disarankan dapat
dicantumkan oleh penyaluran. Namun penyalur jarang memasang harga sesuai dengan
yang tercamtum tadi. Mereka melakukan negosiasi harga dengan pelanggannya,
memberikan potongan harga, biaya tukar tambah serta batas kredit untuk
menyesuaikan diri dengan situasi persaingan yang ada dan mengarahkan harga
menurut persepsi pembeli terhadap nilai mobilnya.
Distribusi (place),
meliputi aktivitas perusahaan agar produk mudah didapatkan konsumen sasarannya.
Toyota terus menjalin kerjasama dengan penyalur independennya yang menjual
beraneka ragam model produk perusahaan. Toyota menyeleksi penyalurnya dengan
cermat dan memberikan dukungan kepada mereka. Penyalur berupaya menjaga
persediaan mobil toyota, mendemonstrasikan kepada calon pembeli, menegosiasi
harga, menutup penjualan, dan menangani pelayanan pasca penjualan.
Promosi, aktivitas mengkomunikasikan
keunggulan produk serta membujuk pasar sasaran untuk membelinya. Toyota
menghabiskan puluhan milyad, tiap tahun untuk promosi iklan dalam rangka
memberi tahu konsumen mengenai mobil toyota. Pramuniaga penyalur menawarkan
bantuan kepada calon pembeli serta membujuk mereka. Toyota dan penyalurnya
mewarkan promosi khusus-potongan tunai, tingkat bunga rendah-sebagai intensif
pembelian.
Perencanaan
pemasaran
Perencanaan
pemasaran meliputi keputusan strategi-strategi pemasaran yang akan membantu
perusahaan mencapai tujuan strateginya secara keseluruhan.
Implementasi
pemasaran
Implementasi pemasaran adalah proses yang mengubah rencana pemasaran
menjadi tindakan pemasaran dalam rangka mencapai tujuan pemasaran strategis.
Implementasi meliputi aktivitas harian, bulanan, yang secara efektif membuat
rencana pemasaran bisa terwujud. Bila perencanaan pemasaran memfokuskan pada
apa dan mengapa aktivitas pemasaran, maka implementasi memfokuskan pada siapa,
di mana, kapan, dan bagaimana.
Pengendalian
pemasaran
Pengendalian pemasaran, yaitu proses mengukur dan mengevaluasi hasil dari
rencana dan strategi pemasaran, serta mengambil tindakan koreksi untuk menjamin
bahwa tujuan pemasaran telah tercapai.
1.3.Lingkungan Mikro dan Makro Perusahaan
Lingkungan Mikro Perusahaan merupakan pelaku yang dekat dengan
perusahaan dan memengaruhi kemampuan perusahaan untuk melayani
pelanggannya.Lingkungan mikro perusahaan terdiri dari: perusahaan, pemasok,
perantara pemasaran, pasar pelanggan, pesaing, dan masyarakat.
Dalam merancang
rencana pemasaran, manajemen pemasaran memperhitungkan kelompok dalam
perusahan seperti manajemen puncak, keuangan, riset dan pengembangan,
pembelian, operasi, akuntasi. Semua kelompok saling berhubungan membentuk
lingkungan internal. Kelompok-kelompok ini bekerja sama secara harmonis untuk
memberikan nilai dan kepuasan pelanggan yang unggul.
Pemasok
Pemasok membentuk
hubungan penting dalam keseluruhan system penghantar nilai perusahaan. Pemasok
menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan untuk menghasilkan
barang dan jasanya. Masalah pemasok sangat mempengaruhi pemasaran karena
apabila pemasok masalah akan mengurangi penjualan perusahaan dan mengurangi
nilai kepuasan pelanggan.
Perantara Pemasaran
·
Perantara pemasaran membantu perusahaan
mempromosikan, menjual, dan
mendistribusikan
produknya ke pembeli akhir. Perantara pemasaran meliputi penjual perantara,
perusahaan distribusi fisik, agen jasa pemasaran, dan perantara keuangan.
·
Penjual perantara adalah perusahaan
saluran distribusi yang membantu
perusahaan menemukan
pelanggan atau melakukan penjualan untuk perusahaan. Penjual perantara diliputi
pedagang grosir dan pengecer.
·
Perusahaan distribusi fisik membantu
perusahaan menyimpan dan
memindahkan
barang-barang perusahaan dari titik asalnya ke tempat tujuan.
·
Agen jasa pemasaran adalah firma
riset pemasaran, agen
periklanan, perusahaan media, dan firma konsultan pemasaran yang membantu
perusahaan menetapkan target dan mempromosikan produk perusahaan pada pasar
secara tepat.
·
Agen jasa pemasaran adalah firma riset
pemasaran, agen periklanan,
perusahaan media, dan
firma konsultan pemasaran yang membantu perusahaan menetapkan target dan
mempromosikan produk perusahaan pada pasar secara tepat.
Pelanggan
Perusahaan harus
mempelajari lima jenis pasar pelanggan secara lebih dekat:
·
Pasar Konsumen terdiri dari perorangan
dan keluarga yang membelibarang dan jasa untuk konsumsi pribadi.
·
Pasar Bisnis membeli barang dan jasa
untuk pemrosesan lebih lanjut atau untuk digunakan dalam proses produksi
perusahaan.
·
Pasar Penjual Perantara membeli barang
dan jasa untuk dijual kembali demi mendapatkan laba.
·
Pasar Pemerintah terdiri dari
badan-badan pemerintah yang membeli barang dan jasa untuk menghasilkan
pelayanan umum.
·
Pasar Internasional terdiri dari para
pembeli di negara lain, termasuk konsumen, produsen, penjual perantara, dan
pemerintah.
Pesaing
Konsep pemasaran yang
berhasil apabila perusahaan dapat menyediakan nilai dan kepuasan pelanggan yang
lebih besar daripada pesaing. Oleh karena itu, perusahaan harus menyesuaikan
pemasaran dengan kebutuhan konsumen sasaran. Perusahaan juga harus memiliki
strategi penawaran yang lebih kuat dari penawaran pesaing dalam pikiran
konsumen.
Masyarakat
Masyarakat adalah
kelompok yang mempunyai potensi kepentingan atau kepentingan nyata, atau
pengaruh pada kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya. Ada tujuh tipe
masyarakat: Masyarakat keuangan, masyarakat media, masyarakat pemerintah,
masyarakat Lembaga Swadaya Masyarakat, masyarakat local, masyarakat umum,
masyarakat internal.
Lingkungan Makro perusahaan merupakan kekuatan sosial yang lebih
besar yang memengaruhi lingkungan mikro perusahaan. Lingkungan makro perusahaan
terdiri dari: Lingkungan demografis, ekonomi, alam, teknologi, politik, dan
budaya.
Lingkungan Demografis
Demografi adalah
studi kependudukan manusia menyangkut ukuran, kepadatan, lokasi, usia, jenis
kelamin, ras, lapangan kerja, dan
data statistic lain. Lingkungan demografi menjadi minat utama perusahaan karena
lingkungan demografis menyangkut masyarakat, dan masyarakat membentuk pasar.
Lingkungan Ekonomi
Adalah faktor-faktor
yang mempengaruhi daya beli dan pola pengeluaran konsumen. Suatu bangsa
mempunyai tingkat dan distribusi pendapatan yang sangat beragam. Sejumlah
negara mempunyai ekonomi subsisten-negara mengkonsumsi
hasil pertanian dan industrinya sendiri. Negara-negara menawarkan peluang pasar
yang kecil. Ekonomi industry-menawarkan pasar
yang kaya untuk berbagai jenis barang yang berbeda.
Lingkungan Alam
Lingkungan alam
memperlihatkan kekurangan potensial dari bahan baku tertentu, biaya energi yang
tidak stabil, tingkat populasi yang meningkat, dan gerakan “hijau” yang
berkembang untuk melindungi lingkungan.
Lingkungan Teknologi
Lingkungan teknologi
adalah kekuatan yang menciptakan teknologi baru, menciptakan produk, dan
peluang pasar, yang baru. Teknologi telah menciptakan benda-benda yang
mengagumkan seperti antibiotic, pembedahan robotic, alat-alat elektronik mini,
komputer, laptop, dan internet. Dengan adanya teknologi baru maka akan menciptakan
pasar dan peluang baru.
Lingkungan Politik
Keputusan pemasaran
sangat dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan dalam lingkungan politik.
Lingkungan politik terdiri dari hukum, badan pemerintah, dan kelompok LSM yang
mempengaruhi atau membatasi berbagai organisai dan individu di dalam masyarakat
tertentu.
Lingkungan Budaya
Lingkungan budaya
terdiri dari institusi dan kekuatan lain yang mempengaruhi nilai dasar,
persepsi, selera, dan perilaku masyarakat. Manusia tumbuh dalam masyarakat
tertentu yang membentuk keyakinan dan nilai dasarnya. Karakteristik budaya yang
mempengaruhi pengambilan keputusan pemasaran adalah: Keteguhan pada nilai-nilai
budaya dan perubahan dalam nilai budaya sekunder.
2.
DASAR-DASAR PEMASARAN SYARIAH
2.1.Dari Era
Rasional ke Emosional ke Spiritual
Banyak orang
mengatakan, pasar syariah adalah pasar yang emosional (emotional market),
sedangkan pasar konvensional adalah pasar yang rasional (rational market).
Maksudnya, orang tertarik untuk berbisnis pada pasar syariah karena alasan-alasan
keagamaan (dalam hal ini agama Islam) yang bersifat emosional, bukan karena
ingin mendapatkan keuntungan finansial yang bersifat rasional. Sebaliknya,
pasar konvensional atau non syariah, orang ingin mendapatkan keuntungan
finansial sebesar-besarnya, tanpa terlalu peduli apakah bisnis yang digelutinya
tersebut mungkin menyimpang atau malah bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Benarkah demikian?
Suatu
ketika, saya berdiskusi ringan dengan seorang kiai yang juga pakar ekonomi
syariah dan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) dari beberapa bank dan
asuransi syariah, K.H. Dr. Didin Hafidhuddin. Saya bilang, “Pak Kiai, apakah
benar ada dikotomi antara pasar emosional dan pasar rasional? Dan apakah pasar
syariah itu pada awalnya hanyalah pasar emosional, kemudian bergeser ke pasar
rasional?” Jawaban beliau terus terang tidak saya duga, “Kata siapa orang yang
ada di pasar emosional tidak rasional? Justru orang-orang yang ada di pasar
emosional sebenarnya sangat rasional dalam menentukan pilihan.”
Beliau mengatakan, orang yang berada
dalam kategori pasar emosional biasanya lebih kritis, lebih teliti, dan sangat
cermat dalam membandingkan dengan bank atau asuransi konvensional yang selama
ini digunakannya, sebelum menentukan pilihan ke pasar syariah. Sambil bercanda
beliau menambahkan, “Hitung-hitungan orang seperti ini malah bisa sampai ke
hitung-hitungan amal ke akhirat.”
Pernyataan
ini ada benarnya. Coba kita tengok pendapat seorang praktisi perbankan syariah
dikotomi pasar emosional dan pasar rasional, Budi Wisakseno. Beliau yang
merupakan mantan Direksi Bank Muamalat indonesia dan saat buku ini ditulis
menjabat sebagai Direktur Utama Bank Syariah Mega Indonesia, mengatakan bahwa
pemahaman dikotomi antara nasabah rasional dan nasabah emosional adalah keliru.
Cara berfikir seperti itu, katanya, dilandasi oleh teori pemasaran konvensional
yang berpaham sekuler; segala hal yang berlandaskan cara berfikir keagamaan
serta-merta akan dianggap sebagai sesuatu yang tidak rasional.
Ketika
seorang nasabah rasional mendapatkan informasi bahwa suku bunga perbankan
(konvensional) sedang tinggi, ia menarik dananya di bank syariah dan
memindahkannya ke bank konvensional. Teori pemesaran konvensional mengatakan
ini adalah sikap yang rasional karena dia mencoba menghindar dari situasi yang
kurang menguntungkan. Namun, sebenarnya ini juga bisa dikatakan cara berfikir
emosional, karena hanya mempertimbangkan keuntungan dunia, tetapi mengabaikan
keuntungan akhirat.
Sebaliknya,
seorang nasabah yang-menurut sebagian pihak-emosional karena mengedepankan
nilai-nilai ajaran agamanya (Islam) dalam setiap pengambilan keputusan
investasi, sebenarnya mempunyai dua perspektif waktu. Pertama, perspektif waktu
sekarang, yaitu ketika ia masih hidup di dunia. Kedua, perspektif waktu setelah
mati, yaitu periode sejak nasabah meninggal atau kehidupan alam kubur sampai
dengan waktu saat manusia akan dihitung amal baik dan buruknya selama hidup di
dunia (dihisab).
Adanya
perspektif waktu setelah mati pada nasabah Muslim ini dapat menjelaskan mengapa
seorang nasabah bank syariah bahka bisa menerima keuntungan yang nilainya lebih
kecil sepanjang hal itu halal. Memang, praktik bisnis dan pemasaran sebenarnya
bergeser dan mengalami transformasi dari level intelektual (rasional), ke
emosional, dan akhirnya ke spiritual. Pada akhiirnya, konsumen akan
mempertimbangkan kesesuaian produk dan jasa terhadap nilai-nilai spiritual yang
diyakininya. Di level intelektual, pemasaran memang menjadi seperti “robot”
dengan mengandalkan kekuatan logika dan konsep-konsep keilmuan.
Di level
intelektual (rasional), pemasar menyikapi pemasaran secara fungsional-teknikal
dengan menggunakan sejumlah tools pemasaran, seperti segmentasi, targeting, positioning, marketing-mix, branding, dan sebagainya. Kemudian,
di level emosional, kemampuan pemasar dalam memahami emosi dan perasaan
pelanggan menjadi penting. Di sini pelanggan dilihat sebagai manusia seutuhnya,
lengkap dengan emosi dan perasaannya. Jika di level intelektual otakl kiri si
pemasar paling berperan, di level emosional otak kananlah yang lebih dominan.
Jika di level intelektual pemasaran layaknya “robot”, di level emosional
pemasaran menjadi seperti “manusia” yang berperasaan empatik. Beberapa konsep
pemasaran yang ada pada level emosional ini antara lain experiental marketing dan emotional branding.
Namun, di
masa kini dan di masa datang, apalagi setelah pecahnya skandal keuangan di
Amerika Serikat dengan tumbangnya perusahaan-perusahaan raksasa, seperti enron,
WordCom, atau Global Crossing, era pemasaran telah bergeser lagi ke arah
spiritual marketing. Di level spiritual ini, pemasaran sudah disikapi sebagai
“bisikan nurani” dan “panggilan jiwa” (“calling”). Di sini praktik
pemasaran dikembalikan kepada fungsinya yang hakiki dan dijalankan dengan
moralitas yang kental. Prinsip-prinsip kejujuran, empati, cinta, dan kepedulian
terhadap sesama manjadi dominan.
Jika di
level intelektual bahasa yang digunakan adalah “bahasa logika” dan di level
emosional adalah “bahasa rasa”, maka di level spiritual digunakan “bahasa
hati”. Kata hati nurani adalah lentera penerang yang akan menunjukkan ke mana
arah yang akan dituju. Nurani adalah “senjata pamungkas” Anda untuk memenangkan
persaingan.
Kasus
runtuhnya sejumlah perusahaan di atas menunjukkan bahwa sehebat apapun strategi
bisnis Anda, secanggih apa pun tools pemasaran yang Anda jalankan, semuanya tak
akan ada gunanya kalau tidak dilandasi nilai-nilai spiritual yang kokoh. Kasus
manipulasi akuntansi terbesar dalam kegiatan dalam sejarah bisnis Amerika
Serikat tersebut menunjukan betapa semakin tingginya kompleksitas bisnis,
semakin canggihnya tools manajemen, dan semakin majunya perangkat regulasi
ternyata tidak menjadikan praktik bisnis menjadi semakin dewasa dan beradab.
Justru sebaliknya, ia semakin kebablasan tanpa etika, tanpa nilai-nilai moral,
dan tanpa pegangan.
Bumi sudah
menjadi renta, carut-marut, dan dan amburadul akibat ulah manusia. Namun,
manusia-manusia itu sendiri agaknya masih saja sama, masih enggan bertobat dan
kurang menyesali kesalahannya, kata Andrias Harefa dalam buku Kepemimpinan Kristiani. Praktik
bisnis sakit yang selama puluhan tahun melingkupi keseharian kita semakin
menyadarkan kita bahwa kejujuran, etika, dan moral dalam suatu bisnis menjadi
suatu keharusan. Pada lingkungan bisnis yang tidak jarang mengabaikan etika,
kejujuran merupakan resource yang semakin langka bagi perusahaan. Dan tak hanya
langka, ia merupakan resource yang bisa di-leverage menjadi komponen penting
daya saing suatu perusahaan. Dari sinilah, kemudian muncul paradigma baru dalam
pemasaran, yan dilandasi oleh kebutuhan yang paling dasar, yaitu kejujuran,
moral, dan etika dalam bisnis. Inilah spiritual marketing.
Spiritual
marketing merupakan tingkatan tertinggi. Orang tidak semata-mata menghitung
lagi untung atau rugi, tidak terpengaruh lagi dengan hal-hal yang bersifat
duniawi. Panggilan jiwalah yang mendorongnya, karena di dalamnya mengandung
nilai-nilai spiritual. Spiritual dalam pengertian Kristiani, mungkin seperti
yang dikatakan Robelt L. Wise dalam bukunya, Spiritual Abundance, ..sesuatu
yang tidak bisa saya lihat dengan mata saya, dan hanya bisa saya rasakan dalam
hati saya, atau sesuatu yang seperti itu.”
Dalam bahasa
syariah, spiritual marketing adalah tingkatan “pemasaran langit”, yang karena
di dalam keseluruhan prosesnya tidak ada yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip muamalah (bisnis syariah), ia mengandung nilai-nilai ibadah,
yang menjadikannya berada pada puncak tertinggi dalam pemasaran atau muamalah.
Hal ini adalah refleksi dari ikrar seorang Muslim ketika ia beribadah, “Qul
inna shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil ‘alamin” (Ya Allah, aku
berikrar, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah
semata.”
Seorang
muslim yang baik, dalam transaksi muamalahnya-dalam hal ini pemasaran baik
sebagai pemimpin perusahaan, pemilik, pemasar, pesaing, maupun sebagai
pelanggan-hendaklah prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, transparansi, etika,
dan moralitas menjadi nafas dalam setiap bentuk transaksi bisnisnya. Karena
itu, bagi seorang Muslim, setiap hari jumat di masjid, ia selalu diingatkan
khatib dalam penutupan khutbahnya, agar senantiasa berbuat adil ketika
melakukan transaksi bisnis, senantiasa jujur, dan berbuat baik kepada siapa
saja, keluarga maupun orang lain, menghindari perbuatan-perbuatan tercela,
apalagi permusuhan, baik dalam pergaulan bisnis maupun bermasyarakat secara
umum. Ayat yang tak luput dibacakan dibacakan oleh khatib tersebut adalah
sebagai berikut:
“Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberikan kepada
kaum karabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”(QS.
An-Nahl [16]: 90).
Selain itu,
dalam syariah marketing, bisnis yang disertai keikhlasan semata-mata hanya
untuk mencari keridhaan Allah, maka seluruh bentuk transaksinya insyaAllah
menjadi ibadah di hadapan Allah swt. Ini akan menjadi bibit dan modal dasar
baginya untuk tumbuh menjadi bisnis yang besar, yang memiliki spiritual brand,
yang memiliki karisma, keunggulan, dan keunikan yang tak tertandingi. Seperti
kata Al-Quran, “Dan perumpamaan
orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah
dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran
tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu akan menghasilkan buahnya
dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun
memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.”
2.2. Spiritual
Marketing sebagai Jiwa Bisnis
Stephen
R. Covey penulis buku legendaris, The 7 Habit of Highly Effective People, di
penghujung karirnya dia menerbitka buku baru, The 8th habit: From
Effectiveness to Greatness, menyimpulkan bahwa factor spiritual merupakan kunci
terakhir yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam
suatuperusahaan.Kita perlukan kepemimpinan spiritual dalam mengelola suatu
bisnis, terlepas dari mana sumber spiritual tersebut.
Suatu
bisnis, sekalipun bergerak dalam bisnis yang berhubungan dengan agama, jika
tidak mampu memberikan kebahagaiaan kepada semua pihak, berarti belum
melaksanakan spiritual marketing. Sebaliknya jika dalam berbisnis kita sudah
mampu memberikan kebahagiaan, menjalankan kejujuran dan keadilan, sesungguhnya
kita telah menjalankan spiritual marketing, apapun bidang yang kita geluti.
Dalam bisnis travel haji misalnya, sekalipun mengurusi orang yang sedang
menjalankan ibadah haji, jika dalam pengelolaannya terdapat
penyimpangan-penyimpangandari segi fasilitas dan akomodasi setelah di Tanah
Suci, tidak sesuai dengan yang dijanjikan dan dipromosikan sebelumnya, berarti
sesungguhnya bisnis ini tidak berjalan dengan konsep bisnis syariah. Iapun
belum menjalankan spiritual marketing.
2.3.Karakteristik
Syariah Marketing
Kata
“syariah” (al-syari’ah) telah ada dalam bahasa Arab sebelum turunnya Al-Quran.
Kata yang semakna dengannya juga ada dalam Taurat dan Injil. Kata syari’at
dalam bahasa Ibrani disebutkan sebanyak 200 kali, yang selalu mengisyaratkan
pada makna “kehendak Tuhan yang diwahyukan sebagai wujud kekuasaan-Nya atas
segala perbuatan manusia.”
Dalam
Al-Quran kata syari’ah disebutkan hanya sekali dalam Surah Al-Jatsiyah,
“Kemudian Kami Jadikan kamuberda didalam suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kalu mengikuti hawa nafsu
orang-orang yang tidak mengetahui” (QS Al-Jatsiyah: 18).
Kemudian
kata itu muncul dalam bentuk kata kerja dan turunnya sebanyak tiga kali ;
“Dia
telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan_Nya kepada
Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan apa yang telah kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa…” (QS As-Syura: 13)
“Untuk
tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan (syi’ah) dan jalan” (QS
Al-Maidah:48).
“Apakah
mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka
agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menetuka
(dari Alllah), tentulah merteka telah dibinasakan. Dan sesunggguhnya
orang-orang yang zalim ituakan memperoleh azabyang amat pedih” (QS
As-Syur: 21).
Kata
syariah berasal dari kata syara’a al-syai’a yang berarti ‘menerangkan’ atau
‘menjelaskan sesuatu’. Atau berasal dari kata syir’ah dan syari’ah yang berarti
‘suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air secara langsung
sehingga orang yang mengambilnya tidal memerlukan bantuan alat lain’.
Syaikh
Al-Qardhawi mengatakan, cakupan dari pengertian syariah menurut pandangan Islam
sangatlah luas dan komprehensif (al-syumul). Didalamnya mengandung makna
mengatur seluruh aspek kehidupan, mulai dari aspek ibadah (hubungan manusia
dengan Tuhannya), aspek keluarga (seperti nikah, talak, nafkah, wasiat,
warisan), aspek bisnis (perdagangan, industri, perbankan, asuransi,
utang-piutang, pemasaran, hibah), aspek ekonomi (permodalan, zakat, bait,
al-maf, fa’I, ghanimah), aspek hukum dan peradilan, aspek undang-undang hingga
hubungan antar Negara.
Pemasaran
sendiri adalah bentuk muamalah yang dibenarkan dalam Islam, sepanjang dalam
segala proses transaksinya terpelihara dari hal-hal terlarang oleh ketentuan
syariah. Maka, syariah marketing adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang
mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan value dari suatu
inisiator kepada stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai
dengan akad danprinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam.
Ini
artinya bahwa dalam syariah marketing, seluruh proses, baik proses penciptaan,
proses penawaran, maupun proses perubahan nilai (value), tidak boleh ada
hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah yang Islami.
Sepanjang hal tersebut dapat dijamin, dan penyimoangan prinsip-prinsip muamalah
islami tidak terjadi dalam suatu transaksi apapun dalam pemasaran dapat
dibolehkan.
Ada 4
karakteristik syariah marketing yang dapat menjadi panduan bagi para pemasar
sebagai berikut:
Teistis
(rabbaniyyah) : jiwa seorang syariah marketer meyakini bahwa hokum-hukum
syariat yang teistis atau bersifat ketuhanan ini adalah yang paling adil,
paling sempurna, paling selaras dengan segala bentuk kebaikan, paling dapat
mencegah segala bentuk kerusakan, paling mampu mewujudkan kebenaran,
memusnahkan kebatilan dan menyebarluaskan kemaslahatan.
Etis
(akhlaqiyyah) : Keistimewaan lain dari syariah marketer selain karena teistis
(rabbaniyyah) juga karena ia sangat mengedepankan masalah akhlak (moral, etika)
dalam seluruh aspek kegiatannya, karena nilai-nilai moral dan etika adalah
nilai yang bersifat universalo, yang diajarkan oleh semua agama.
Realistis
(al-waqiyyah) : syariah marketer adalah konsep pemasaran yang fleksibel,
sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah islamiyah yang melandasinya. Syariah
marketer adalah para pemasar professional dengan penampilan yang bersih, rapid
an bersahaja, apapun model atau gaya berpakaian yang dikenakannya, bekerja dengan
mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral dan kejujuran dalan
segala aktivitas pemasarannya.
Humanistis
(insaniyyah) : keistimewaan syariah marketer yang lain adalah sifatnya yang
humanistis universal, yaitu bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar
derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, serta
sifat-sifat kehewanannya dapat terkekang dengan panduan syariah. Syariat islam
diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa menghiraukan ras,
warna kulit, kebangsaan dan status.Hal inilah yang membuat syariah
memiliki sifat universal sehingga menjadi syariah humanistis universal.
3.
PENDEKATAN
PEMASARAN SYARIAH
3.1.Berbisnis
Dengan Konsep Syariah
Telah kita
ketahui bersama bahwa Rasulullah Muhammad SAW adalah seorang pedagang dan
pebisnis. Dengan sifat yang dimilikinya, yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah, membuat Rasul menjadi
pedagang yang sukses karena selalu jujur dan menjaga amanah yang diberikan
padanya.Shiddiq artinya
jujur/benar. Bukan hanya benar dan jujur dalam berkata-kata, tapi juga benar
dan jujur dalam perbuatan. Satunya kata dan perbuatan. Amanah artinya dapat
dipercaya. Jika suatu urusan diserahkan padanya, maka akan dilakukan dengan
sebaik-baiknya sehingga tidak akan mengecewakan orang lain. Tabligh artinya
menyampaikan.
Apapun
firman Allah yang diterimanya, semua disampaikan kepada umatnya. Fathonah artinya cerdas.
Dengan kecerdasannya, berbagai kisah kesuksesan Rasul sebagai pedagang telah
kita dengar. Mampukah kini kita meneladaninya? Dr. Irfan Syauqi Beik, Ketua
Prodi Ekonomi Syariah FEM IPB, mengatakan bahwa motivasi berbisnis seorang
muslim adalah untuk memberiman faat sebanyak-banyaknya bagi orang-orang di
sekitarnya. Dengandemikian, kemandirian umat muslim akan cepat terwujud. Selain
itu, pengusaha muslim juga harus memiliki pengetahuan dasar tentang fikih
muamalah secara umum, konsep halal haram, jual beli yang cacat, riba, dan
lain-lain. Pengusaha muslim juga harus menunjukkan keberpihakannya kepada
institusi yang memperjuangkan Islam, dekat dengan gerakan dakwah, dan
mempercayakan keuangannya kepada bank syariah, serta menunaikan zakat kepada
lembaga resmi.
Prof. Dr. M.
Suyanto, MM, seorang pengusaha muslim, penulis, dan dosen di STMIK AMIKOM,
mengatakan bahwa dalam berbisnis, kita harus mampu menerapkan prinsip Islam,
yaitu menggunakan dunia untuk mengejar akhirat. Harta dan kekayaan yang ada di
tangan orang saleh akan menjadi kemaslahatan buat umat, karena digunakan
sebagai sarana beribadah dan lading menabur amal. Ada beberapa hal yang dapat
dijadikan acuan bagi pengusaha muslim dalam berbisnis. Pertama, memiliki hati
yang lembut (fa’fu’anhu), mudah member maaf
dan selalu mendoakan orang lain, bahkan mereka yang memusuhinya. Selalu
bermental positif, jika diberi cobaan ia bersabar, dan jika diberi kenikmatan,
ia bersyukur.
Kedua,
bermusyawarah dalam setiap perkara (wasyawirhumfilamri).
Selalu berkomunikasi, bermusyawarah, dan bernegosiasi. Ketiga, tawakkal kepada
Allah (fatawakkal ‘alallah). Ketiga hal
ini harus dibarengi dengan usaha yang serius dan bekerja keras, sebelum
berpasrah diri kepada Allah.
Dr.Adiwarman
Karim, wakil ketua Dewan Syariah Nasional MUI, mengatakan bahwa konsep
berbisnis dalam Islam ada tiga komponen, yaitu takhalli, tahalli, dan tajalli. Takhalli adalah mengeluarkan
yang buruk dalam diri, misalnya seorang muslim harus jujur. Tahalli bermakna bagaimana
mengisi diri dengan dengan yang baik. Jujur saja tidak cukup, tetapi harus
cerdas. Tajalli adalah memoles diri
dengan keindahan, yaitu akhlakul karimah. Intinya, berbisnislah dengan jujur,
cerdas, dan berakhlakul karimah, walaupun tantangannya tidak ringan. Tantangan
ini adalah 3c, customer,competitor, dan company. Menghadapi customer, kita bisa berlaku
jujur, cerdas, dan berakhlakul karimah. Namun di sisi lain, ada competitor yang akan selalu
berupaya menjatuhkan kita.
Jika competitor berlaku curang,
jangan terpancing untuk mengikuti caranya. Dalam jangka pendek mungkin orang
yang curang akan menang, namun sesungguhnya dalam jangka panjang orang yang
jujur akan mampu mengatasi competitor-nya.
Tantangan lainnyaa adalah company,
yang dalam hal ini adalah pemerintah. Sebagai mitra, seharusnya pemerintah
membantu pengusaha muslim dalam menjalankan usahanya, misalnya dengan
memfasilitasi kemudahan perijinan ataupun pengurusan pajak. Namun terkadang
pemerintah justru menjadi hambatan dalam hal regulasi atau yang lainnya.
Dalam Islam,
tidak diajarkan persaingan bisnis, melainkan bekerjasama (syarikah). Jika pun bersaing,
maka persaingan ini adalah fastabiqul
khairat, bersaing dalam kebaikan. Inilah perbedaan ekonomi Islam dengan
ekonomi kapitalis. Ekonomi Islam mengajarkan syarikah,
sementara ekonomi kapitalis selalu akan ada yang menang dan ada yang kalah
serta saling menjatuhkan.
3.2.Berbisnis
dengan qolbu
Sesungguhnya
yang terpenting dalam kehidupan kita adalah pribadi kita, dan inti dari pribadi
kita adalah hati kita, qolbu kita. Secerdas apapun kita namun kalau
didasari oleh kondisi qolbu atau malah dilandasi kejahatan dan kebusukan yang
tidak baik, maka akan menghasilkan malapetaka bagi diri kita sendiri dan orang
lain. Demikian pula seindah apapun wujud lahiriah kita, apabila tidak
terisi oleh qolbu yang bersih maka hanya akan
membawa mudharat bukannya kebaikan.
Hati
adalah sesuatu yang membuat keseluruhan anggota tubuh kita, pikiran, bahkan
wujud lahiriah kita menjadi menarik bagi semua orang meskipun penampilan kita
tidak terlalu istimewa. Hati ini pula yang bisa melengkapi potensi otak
dan kemauan menjadi pribadi yang cerdas dan mulia. Dengan demikian
orang yang lumpuh bisa menjadi pribadi yang mulia dan kuat, dan orang yang
tidak begitu cerdas pun dapat menjadi orang yang mulia.
Ada
sebuah syair yang menggambarkan bagaimana potensi sebuah hati dapat merubah
wujud dan prilaku orang. Bila hati kian bersih, pikiran pun selalu jernih,
semangat hidup kian gigih, prestasi mudah diraih, namun bila hati busuk,
pikiran jahat merasuk, akhlak pun kian terpuruk, dia jadi makhluk terkutuk. Bila
hati kian lapang, meskipun hidup susah, namun tetap senang, walau
pun kesulitan menghadang, dihadapi dengan tenang, tapi bila hati menjadi
sempit, segalanya jadi rumit, seakan hidup terhimpit, lahir batin menjadi
sakit.
Masya
Allah, andai kata hati ini menjadi bersih, maka segala sesuatunya dapat menjadi
mudah dan membahagiakan. Bahkan dengan menjaga hati tetap bersih, maka
pikirannya yang dulunya kurang cerdas akan berubah menjadi cerdas. Betapa
tidak, dengan hati yang bersih akan mengarahkan pikiran untuk bersih pula,
sehingga tidak ada ruang untuk pikiran atau niatan yang jahat seperti ; dengki,
egois, sombong, tidak suka melihat keberhasilan orang lain dan terselip
keinginan untuk menjatuhkan orang lain karena merasa dirinya lah yang terbaik
dan sebagainya. Sebab, kalau tidak hati-hati benar, hidup kita bisa jadi
sangat melelahkan karena senantiasa ber pikiran buruk.
Sekali
saja kita memikirkan keburukan bagi orang lain, maka pada saat itu juga pikiran
kita menjadi tidak produktif. Mengapa? Karena senantiasa memikirkan
orang yang kita benci dan terus berharap ahgar dia mendapatkan kemalangan dan
jika itu terjadi kita merasa sangat bahagia, karena orang yang kita benci
mendapatkan balasannya. Kondisi itu akan membuat kita hanya
membuang-buang waktu dan selalu berpikiran buruk sehingga tidak ada kesempatan
untuk meraih prestasi dan produktivitas. Kita hanya lelah memikirkan orang yang
kita benci, disamping hanya menumpuk dosa bagi diri sendiri maka sesungguhnya
kita menjadi pribadi yang rugi. Karenanya bila hati kita bersih, maka
pikiran menjadi cerdas dan kuat.
Orang
yang hatinya bersih memiliki kemampuan berpikir yang lebih cepat daripada orang
lain, namun orang yang berpikiran kotor cuma hanya berjalan di tempat.
Dia hanya bsa memikirkan keburukan atau mengeluh terhadap kemalangan yang di
deritanya tanpa terbersit sedikit pun pikiran positif untuk merubahnya menjadi
baik, sehingga hatinya menjadi sempit.
Coba
perhatikan, jika terdapat hewan yang berbahaya, seperti anjing atau ular di
lapangan yang luas, maka ancaman itu tidak kita rasakan karena tidak mudah
melihatnya atau kita dapat dengan mudah menghindarinya karena daerah tersebut
masih sangat luas, namun sebaliknya bagaimana jika ada anjing dan ular di
tempat yang sempit, niscaya diri kita merasa sangat terancam dan ketakutan dan
sulit untuk menghindarinya. Artinya dalam kondisi hati yang sempit,
perkara yang mudah dan kecil saja dapat menjadi kesulitan terbesar yang tidak
dapat diatasi akibatnya kita hanya menghabiskan waktu untuk memikirkan
kemungkinan terburuk tanpa mencari solusinya, apalagi jika kita menghadapi perkara
yang besar.
Manfaat
lain dari hati yang bersih adalah membuat penampilan kita terutama wajah kita
nampak menarik. Wajah kita senantisa memancarkan kecerahan dan penuh
keramahan. Bukankah Nabi Muhammad juga demikian? Beliau tidak
pernah menampakkan kesusahan hati dan selalu dalam kondisi tersenyum cerah.
Senyum yang penuh keikhlasan bernilai sangat besar karena selainkan
merupakan sedekah bagi orang lain juga memberikan dampak yang positif dan
membuat tubuh lebih sehat. Menurut penelitian dokter, ternyata senyum
menggerakkan 17 otot, sedangkan cemberut menggerakkan 32 otot, karena itu orang
yang sering cemberut akan mengalami kelelahan otot.
Dalam
berbicara kita juga harus berhati-hati, sebab tutur kata menunjukkan kualitas
seseorang. Bukankah mulut itu ibarat teko? Jika terisi oleh kopi,
maka akan keluar kopi, jika terisi air bening , maka akan keluar air
bening. Orang yang berkualitas, jika berbicara ada struktur dan
cirinya. Kalau dia berbicara, maka yang keluar adalah ide, gagasan,
hikmah, solusi dan zikir sehingga pembicaraanya menjadi bermanfaat.
Semakin
banyak omongan yang sia-sia, maka akan semakin turun kualitas orang
tersebut. Bukan kah Rasulullah juga dikenal sebagai pribadi yang sangat
menjauhkan diri dari pembiacaran yang sia-sia atau tidak jelas tujuannya.
Beliau lebih memilih diam jika tidak ada hal yang bermanfaat untuk
disampaikan. Ciri-ciri kualitas seseorang dilihat dari sejauh mana
kesanggupannya untuk menahan diri dari sesuatu yang sia-sia. Kalau kita
senantiasa mengendalikan hati, Insya Allah, maka detak jantung
menjadi normal karena tidak melibatkan nafsu dan emosi, wajah cerah, percakapan
menjadi menyenangkan dan badan menjadi sehat. Lebih dari itu, bergaul dengan
siapa pun menjadi menyenangkan. Hidupkan hati dengan memperbanyak ilmu,
memperbanyak ibadah dan zikir. Ladang untuk berkarya teramat luas, dan
hiduplah dengan menjaga kebersihan hati, Insya Allah hidup kita akan
menjadi indah dan penuh makna.
Lantas,
bagaimana kaitannya antara bisnis dengan manajemen qolbu? Perlu disadari
bahwa inti dari aktivitas bisnis adalah manusianya. Sedangkan manusia itu
sangat tergantung dari suasana hati. Pendek kata, kalau seseorang sudah
jujur, maka Insya Allah bisnis yang dijalankannya pun akan bermutu
tinggi.Bahkan nilainya sendiri dapat terangkat lebih dari sekadar transaksi
uang atau barang. Dan otomatis bisnis yang dilakukannya itu akan menjadi
lebih mulia dan terhormat. Dengan demikian penekanan Manajemen Qolbu
dalam bisnis adalah membuat orang dapat berbisnis dengan keutamaan hati yang
bersih sehingga bisnisnya akan melahirkan kemuliaan dan baroqah bukannya
kehinaan.
3.3.Sembilan
etika pemasaran
Ada sembilan etika
pemasar, yang akan menjadi prinsip-prinsip bagi syariah marketer dalam
menjalankan fungi-fungsi pemasaran, yaitu:
1. Memiliki
kepribadian spiritual(Taqwa)
2.
Berkepribadian baik dan simpatik (Shiddiq)
3. Berlaku adil
dalam berbisnis (al-'adl)
4. Melayani
nasabah dengan rendah hati (Khitmah)
5. Selalu
menepati janji dan tidak curang (Tahfif)
6. Jujur dan
terpercaya (Amanah)
7. Tidak suka
berburuk sangka
8. Tidak suka
menjelek-jelekkan
9 Tidak
melakukan suap (Riswah)
4. MEMBANGUN BISNIS DENGAN NILAI-NILAI
SYARIAH
4.1.Membangun nilai-nilai kejujuran dalam
bisnis
Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak ada kejujuran, karena kejujuranmerupakan
modal utama untuk memperoleh kepercayaan dari mitra bisnis-nya, baik berupa kepercayaan komersial, material,
maupun moril. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran. Terdapat
tiga lingkup kegiatan bisnis
yang berkaitan dengan kejujuran:
1. Kejujuran
relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Pelaku bisnis disini secara a priori saling percaya satu
sama lain, bahwa masing-masing
pihak jujur melaksanakan janjinya. Karena jika salah satu pihak melanggar, maka tidak mungkin lagi pihak yang dicuranginya mau bekerjasama lagi, dan pihak
pengusaha lainnya akan tahu dan tentunya malas berbisnis dengan pihak yang
bertindak curang tersebut.
2. Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga yang baik. Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok dalam berbisnis. Karena jika ada konsumen yang merasa tertipu, tentunya hal
tersebut akan rnenyebar yang menyebabkan konsumen tersebut beralih ke produk lain.
3. Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
yaitu antara pemberi kerja dan pekerja,
dan berkait dengan kepercayaan. Perusahaan akan hancur jika kejujuran karyawan
ataupun atasannya tidak terjaga.
4.2. Keadilan Versus Keserakahan
Salah
satu prinsip dari bermuamalah yang harus menjadi akhlaq dan harus tertanam
dalam diri pemasar adalah sikap adil (al-‘adl). Lawan kata dari keadilan adalah
kedzaliman (Al-Dzulm), yaitu sesuatu yang telah diharamkan Allah atas diri-Nya
sebagaimana telah diharamkan-Nya atas hamba-Nya.
4.3. Sifat-sifat yang membangun dalam
mengelola bisnis
Ada
empat hal yang menjadi key success factors (KSF) dalam mengelola
suatu bisnis, agar mendapat celupan nilai-nilai moral yang tinggi. Untuk
memudahkan mengingat, kita singkat dengan SAFT, yaitu:
1. Shiddiq (benar
dan jujur) : jika seorang pemimpin senantiasa berprilaku benar dan jujur dalam
sepanjang kepemimpinannya, jika seorang pemasar sifat shiddiq haruslah menjiwai
seluruh prilakunya dalam melakukan pemasaran, dalam berhubungan dengan
pelanggan, dalam bertransaksi dengan nasabah, dan dalam membuat perjanjian
dengan mitra bisnisnya.
2. Amanah (terpercaya,
kredibel) : artinya, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan kredibel, juga
bermakna keinginan untuk untuk memenuhi sesuatu sesuai dengan ketentuan.
Diantara nilai yang terkait dengan kejujuran dan melengkapinya adalah amanah.
3. Fathanah (cerdas)
: dapat diartikan sebagai intelektual, kecerdikan atau kebijaksanaan. Pemimpin
yang fathanah adalah pemimpin yang memahami, mengerti dan menghayati secara
mendalam segala hal yang menjadi tugas dan kewajibannya.
4.
Thabligh (komunikatif) : artinya komunikatif dan argumentatif. Orang yang
memiliki sifat ini akan menyampaikannya dengan benar (berbobot dan dengan tutur
kata yang tepat (bi al-hikmah). Berbicara dengan orang lain dengan sesuatu yang
mudah dipahaminya, berdiskusi dan melakukan presentasi bisnis dengan bahasa
yang mudah dipahami sehingga orang tersebut mudah memahami pesan bisnis yang
ingin kita sampaikan.
Keempat
KSF ini merupakan sifat-sifat Nabi Muhammad Saw yang sudah sangat dikenal tapi
masih jarang diimplementasikan khususnya dalam dunia bisnis.
DAFTAR
PUSTAKA
http://definisiwirausahamenurutahli.blogspot.com/2013/06/membangun-nilai-dan-kepuasan-pelanggan.html