Rabu, 08 April 2015

Pemasaran Usaha Syariah

1.      KONSEP PEMASARAN SECARA UMUM

1.1.Menciptakan Nilai dan Kepuasan Bagi Pelanggan
           
            Dewasa ini, perusahaan menghadapi persaingan yang paling hebat, meskipun demikian, dengan beralih dari filosofi produk dan penjualan yang lebih baik untuk memenangkan persaingan.  Dasar dari orientasi pemasaran yang dibentuk dengan baik ada hubungan pelanggan yang kuat.   Pemasar  harus berhubungan dengan mereka berproses dalam menciptakan nilai tambah, bahkan menikmati produknya, serta menjadi pelanggan yang loyal. 
Pemasar berkewajiban mengimpormasikan, melibatkan diri bahkan mendorong mereka dengan baik ketika ia menyarangkan untuk membuat  pelanggan menjadi pusat budaya perusahaan,  karena perusahaan yang berpusat pada pelanggan  mempunyai keahlian dalam membangun hubungan pelanggan, bukan hanya produk, tetapi mempunyai kemampuan atau keahlian dalam rekayasa pasar. Pemasar yang berhasil adalah pemasar yang secara total memuaskan pelanggan dengan menguntungkan.
Pemasar harus dapat mengetahui, memahami serta dapat memcari jalan keluar terhadap kesulitan atau ketidak tauan dalam mendapatkan akses informasi serta dinamika informasi sehingga konsumen dapat memutuskan untuk memberli produk serta dari pengalaman dan apa yang di dapat dari karakteristik dari produk itu menjadikannya puas dan kembali membeli bahkan menjadi pelanngan yang loyal.
Dari aspek pandang di atas dari sekian pelanggan dengan berbagai karakteristik diatas secara realitas ada perbedaan presepsi yang mendasar dalam menilai, menyatakan apa puas, serta dari pasca pembelian dan konsumsi dapat menjawab konsep diatas. Olehnya itu sesgera pemasar  dapat meyakinkan pelanggan dengan cara atau tindakan antara lain:

            1.    Menciptakan nilai.
Nilai adalah: Perkiraan konsumen tentang kemampuan total suatu produk untuk memenuhi kebutuhannya. Nilai Terhantar pada Pelanggan adalah: selisih antara jumlah nilai bagi pelanggan dan jumlah biaya dari pelanggan. Dan Jumlah nilai adalah sekelompok keuntungan yang diharapkan pelanggan dari barang dan jasa tertentu. Pelanggan biasanya akan memilih penawaran yang paling tinggi nilai terhantarnya, dengan harapan akan mendapatkan kepuasan.
Kepuasan adalah: Tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dia rasakan dibandingkan dengan harapan
Bagaimana pembeli membentuk harapannya
1.  Pengalaman
2. Komentar orang lain
3. Janji dan informasi dari pemasar
4. Informasi dari pesain

Menghantarkan Nilai dan Kepuasan Pelanggan
• Rantai Nilai (Value Chain)
Proses penciptaan nilai bukan hanya tgjwb bagian pemasaran, namun semua bagian dlm perusahaan. Rantai nilai diwujudkan dlm 9 kegiatan penting: bahan baku, operasi, logistik keluar, pemasaran & penjualan, pelayanan. Infrastruktur, MSDM, Teknologi, dan pengadaan barang.

• Sistem Penghantaran Nilai
Perusahaan harus mencari keunggulan bersaing di luar rantai nilainya sendiri, sampai ke rantai pemasok, penyalur, dan akhirnya pelanggannya.
Eksekutif pemasaran masa kini, tidak boleh hanya berorientasi mendptkan keuntungan saat ini namun harus juga berfikir jauh ke depan.
Pola kemitraan saat ini dikembangkan untuk mendapatkan nilai yang tertinggi yang tidak mudah terkalahkan oleh pesaing.

2. Kepuasan Pelanggan.
Marketer harus berupaya agar pelanggan tetap loyal pada produk kita, tidak berpindah ke produk yang lain. Lebih efisien kita mempertahankan pelanggan 100 orang dr pada kita menciptakan 100 orang pelanggan baru lagi. Biaya menarik 1 pelanggan lebih besar dr pd mempertahankan 5 pelanggan lama

Cara mempertahankan pelanggan diantaranya:
1. Menyulitkan pembeli untuk berganti pemasok. Pelanggan tidak akan pindah ke pemasok lain jika biaya modalnya tinggi, biaya pencarian tinggi, potongan sebagai pelanggan setianya hilang, dll.

2. Memberikan kepuasan pelanggan yang tinggi sehingga pelanggan tidak mudah tertarik dengan tawaran lain dengan harga yang lebih murah

Bagaimana menciptakan nilai hubungan dengan pelanggan
1. Memberikan keuntungan finansial bagi hubungan pelanggan
2. Menambahkan keuntungan sosial, dengan memberikan pelayanan yang lebih pribadi. Tidak hanya sebagai pelanggan tetapi sebagai klien.
3. Menambahkan ikatan stuktural disamping finansial dan sosial. Misalnya menyediakan jaringan komputer pemesanan.

1.2.Perencanaan Strategis dan Proses Pemasaran
Perencanaan Strategis (Strategic Planning) adalah proses  mengembangkan dan mempertahankan kecocokan strategis antara tujuan dan kemampuan perusahaan serta peluang pemasaran yang sedang berubahPerencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk menentukan strategi atau arahan, serta mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber dayanya (termasuk modal dan sumber daya manusia) untuk mencapai strategi ini.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa perencanaan strartegis adalah adalah menemukan cara agar perusahaan dapat menggunakan kemampuanya dengan cara terbaik untuk mengambil keuntungan dari peluang yang berubah. Di dalam menjalankan perusahaan terdapat langkah-langkah strategis, yaitu :
         Mendefinisikan Visi dan Misi Perusahaan
         Menentukan Tujuan dan Sasaran Perusahaan
         Merancang Portofolio Bisnis
         Merencanakan strategi fungsional
1)      Mendefinisikan Visi dan Misi Perusahaan
Pengertian misi adalah apa yang harus dilakukan suatu organisasi atau perusahaan  agar berhasil, misi dapat menentukan bisnis apa yang akan dijalankan.Sedangkan pengertian visi adalah cara pandang jauh ke depan, ke mana organisasi atau perusahaan harus dibawa, agar organisasi tersebut dapat eksis. Visi dapat menentukan akan menjadi apa bisnis yang dijalankan.
Misi memeiliki beberapa persyaratan, yaitu :
         Tidak terlalu sempit atau terlalu luas. Ukuran tidak sempit dan luas  menunjukkan lingkup atau bidang yang terkait dengan kegiatan perusahaan.
         Realistik. Realistik menunjukkan kompetensi perusahaan untuk mencapai misi yang telah dinyatakan, apakah sesuatu yang dapat dicapai atau tidak.
         Spesifik. Spesifik menunjukkan bahwa perusahaan berbeda dengan  perusahaan lainnya, kalaupun menghasilkan produk yang penggunaannya sama.
         Memotivasi. Bagaimanapun misi harus memotivasi seluruh karyawan ataupun staf untuk bekerja lebih baik guna dapat mencapai kinerja yang lebih baik.
Contoh pernyataan visi dan misi :
Bank Muamalat Indonesia
  Visi
  Menjadi Bank Syari’ah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional.
  Misi
  Menjadi role model Lembaga Keuangan Syari’ah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai kepada stakeholder.
2)      Menentukan Tujuan dan Sasaran Perusahaan
Tujuan perusahaan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan oleh perusahaan dalam jangka panjang. Pengertian Sasaran adalah hasil- hasil yang ingin dicapai dalam jangka pendek. Jadi, tujuan dan sasaran dalam perusahaan saling berkaitan dan saling berkesinambungan, perusahan pun harus berusaha keras dalam mencapainya.
3)      Merancang Portofolio Bisnis
Portofolio Bisnis (Business Portofolio) adalah kumpulan bisnis dan produk yang membentuk Perusahaan. Portifolio bisnis yang baik adalah yang paling cocok dengan kekuatan dan kelemahan perusahaan terhadap peluang dalam lingkungan.
Rencana strategis mendedinisikan misi dan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Dalam setiap unit bisnis pemasaran memainkan peran dalam membantu pencapaian seluruh tujuan stategis.

Proses Pemasaran
Peran dan kegiatan pemasaran dapat dilihat pada peraga berikut :
Konsumen sasaran berada dibagian tengah, perusahaan memusatkan perhatian dalam pelayanan serta pemuasan konsumen sasarannya. Perusahaan merancang bauran pemasaran (4 P) yang disusun oleh faktor-faktor di bawah kendalinya. Untuk mendapatkan bauran pemasaran yang baik dan dapat melaksanakannya, perusahaan turut serta dalam analisis pemasaran, perencanaan, implementasi, dan pengawasan. Melalui kegiatan-kegiatan ini perusahaan pengamatan dan penyesuaian terhadap lingkungan pemasaran.
Pembahasan masing-masing elemen :
a.       Konsumen sasaran
Untuk mencapai kesuksesan dalam persaingan pada saat ini, perusahaan harus berorientasi pada langganan, memenangkan pelanggan dari pesaing dan mempertahankan mereka dengan memberikan nilai yang lebih besar. Sebelum dapat memuaskan konsumen, hal pertama yang harus dilakukan perusahaan adalah memahami kegiatan dan kebutuhan mereka. Dalam hal ini, pemasaran memerlukan analisis yang cermat terhadap konsumen. Perusahaan mengetahui bahwa mereka tidak dapat memuaskan seluruh konsumen. Terlalu banyak konsumen dengan beragam kebutuhan yang berbeda, maka perusahaan harus memilih segmen yang lebih menguntungkan. Proses ini terdiri dari tiga langkah, yaitu : segmentasi pasar, menetapkan pasar sasaran dan menentukan posisi di pasar.



         Segmentasi pasar
Membagi suatu pasar ke dalam kelompok-kelompok pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan dasar, karateristik, atau perilaku yang mungkin memerlukan kelompok konsumen yang memberikan respon dengan cara yang sama terhadap serangkaian usaha-usaha pemasaran tertentu.
         Menetapkan pasar sasaran (market targeting)
proses pengevaluasian daya tarik dari masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen untuk dimasuki. Menetapkan posisi (positioning), mengatur sebuah produk agar mendapatkan tempat yang jelas, dapat dibedakan, serta lebih diharapkan ketimbang produk pesaing dalam benak konsumen sasaran.
Strategi pemasaran untuk keunggulan kompetitif
Merancang strategi pemasaran yang kompetitif dimulai dengan melakukan analisis erhadap pesaing. Perusahaan secara terus menerus membandingkan nilai dan kepuasan pelanggan dengan  nilai yang diberikan oleh produk, harga, distribusi, dan promosi pesaing dekatnya. Dengan cara ini, perusahaan dapat melihat seberapa besar keuntungan dan kerugian potensial. Maka timbul pertanyaan : siapa pesaing kita ? bagaimana perusahaan lain akan bereaksi terhadap strategi kompetisi yang mungkin kita gunakan?
Strategi pemasaran kompetitif yang diambil oleh perusahaan tergantung pada posisi industrinya.
Mengembangkan bauran pemasaran
Setelah memutuskan strategi pemasaran kompetitifnya secara keseluruhan, perusahaan mulai menyiapkan perencanaan bauran yang rinci. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol – produk, harga, promosi, distribusi yang dipadukan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran.
         Produk, artinya kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. Maka, produk mobil kijang dari toyota terdiri dari lampu, busi, serta ratusan suku cadang lainnya. Toyota menawarkan beberapa gaya kijang serta lusinan model pilihan. Toyota memberikan garasi untuk setiap produknya.
         Harga (price), adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk. Toyota membuat sejumlah perhitungan harga eceran yang disarankan dapat dicantumkan oleh penyaluran. Namun penyalur jarang memasang harga sesuai dengan yang tercamtum tadi. Mereka melakukan negosiasi harga dengan pelanggannya, memberikan potongan harga, biaya tukar tambah serta batas kredit untuk menyesuaikan diri dengan situasi persaingan yang ada dan mengarahkan harga menurut persepsi pembeli terhadap nilai mobilnya.
         Distribusi (place), meliputi aktivitas perusahaan agar produk mudah didapatkan konsumen sasarannya. Toyota terus menjalin kerjasama dengan penyalur independennya yang menjual beraneka ragam model produk perusahaan. Toyota menyeleksi penyalurnya dengan cermat dan memberikan dukungan kepada mereka. Penyalur berupaya menjaga persediaan mobil toyota, mendemonstrasikan kepada calon pembeli, menegosiasi harga, menutup penjualan, dan menangani pelayanan pasca penjualan.
         Promosi, aktivitas mengkomunikasikan keunggulan produk serta membujuk pasar sasaran untuk membelinya. Toyota menghabiskan puluhan milyad, tiap tahun untuk promosi iklan dalam rangka memberi tahu konsumen mengenai mobil toyota. Pramuniaga penyalur menawarkan bantuan kepada calon pembeli serta membujuk mereka. Toyota dan penyalurnya mewarkan promosi khusus-potongan tunai, tingkat bunga rendah-sebagai intensif pembelian.
Perencanaan pemasaran
Perencanaan pemasaran meliputi keputusan strategi-strategi pemasaran yang akan membantu perusahaan mencapai tujuan strateginya secara keseluruhan.
         Implementasi pemasaran
Implementasi pemasaran adalah proses yang mengubah rencana pemasaran menjadi tindakan pemasaran dalam rangka mencapai tujuan pemasaran strategis. Implementasi meliputi aktivitas harian, bulanan, yang secara efektif membuat rencana pemasaran bisa terwujud. Bila perencanaan pemasaran memfokuskan pada apa dan mengapa aktivitas pemasaran, maka implementasi memfokuskan pada siapa, di mana, kapan, dan bagaimana.
         Pengendalian pemasaran
Pengendalian pemasaran, yaitu proses mengukur dan mengevaluasi hasil dari rencana dan strategi pemasaran, serta mengambil tindakan koreksi untuk menjamin bahwa tujuan pemasaran telah tercapai.

1.3.Lingkungan Mikro dan Makro Perusahaan
Lingkungan Mikro Perusahaan merupakan pelaku yang dekat dengan perusahaan dan memengaruhi kemampuan perusahaan untuk melayani pelanggannya.Lingkungan mikro perusahaan terdiri dari: perusahaan, pemasok, perantara pemasaran, pasar pelanggan, pesaing, dan masyarakat.
Dalam merancang rencana pemasaran, manajemen pemasaran memperhitungkan kelompok dalam perusahan seperti manajemen puncak, keuangan, riset dan pengembangan, pembelian, operasi, akuntasi. Semua kelompok saling berhubungan membentuk lingkungan internal. Kelompok-kelompok ini bekerja sama secara harmonis untuk memberikan nilai dan kepuasan pelanggan yang unggul.

Pemasok

Pemasok membentuk hubungan penting dalam keseluruhan system penghantar nilai perusahaan. Pemasok menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasanya. Masalah pemasok sangat mempengaruhi pemasaran karena apabila pemasok masalah akan mengurangi penjualan perusahaan dan mengurangi nilai kepuasan pelanggan.

Perantara Pemasaran

·         Perantara pemasaran membantu perusahaan mempromosikan, menjual, dan
mendistribusikan produknya ke pembeli akhir. Perantara pemasaran meliputi penjual perantara, perusahaan distribusi fisik, agen jasa pemasaran, dan perantara keuangan.
·         Penjual perantara adalah perusahaan saluran distribusi yang membantu
perusahaan menemukan pelanggan atau melakukan penjualan untuk perusahaan. Penjual perantara diliputi pedagang grosir dan pengecer.
·         Perusahaan distribusi fisik membantu perusahaan menyimpan dan
memindahkan barang-barang perusahaan dari titik asalnya ke tempat tujuan.
·         Agen jasa pemasaran adalah firma
riset pemasaran, agen periklanan, perusahaan media, dan firma konsultan pemasaran yang membantu perusahaan menetapkan target dan mempromosikan produk perusahaan pada pasar secara tepat.
·         Agen jasa pemasaran adalah firma riset pemasaran, agen periklanan,
perusahaan media, dan firma konsultan pemasaran yang membantu perusahaan menetapkan target dan mempromosikan produk perusahaan pada pasar secara tepat.

 

Pelanggan

Perusahaan harus mempelajari lima jenis pasar pelanggan secara lebih dekat:
·         Pasar Konsumen terdiri dari perorangan dan keluarga yang membelibarang dan jasa untuk konsumsi pribadi.
·         Pasar Bisnis membeli barang dan jasa untuk pemrosesan lebih lanjut atau untuk digunakan dalam proses produksi perusahaan.
·         Pasar Penjual Perantara membeli barang dan jasa untuk dijual kembali demi mendapatkan laba.
·         Pasar Pemerintah terdiri dari badan-badan pemerintah yang membeli barang dan jasa untuk menghasilkan pelayanan umum.
·         Pasar Internasional terdiri dari para pembeli di negara lain, termasuk konsumen, produsen, penjual perantara, dan pemerintah.

Pesaing

Konsep pemasaran yang berhasil apabila perusahaan dapat menyediakan nilai dan kepuasan pelanggan yang lebih besar daripada pesaing. Oleh karena itu, perusahaan harus menyesuaikan pemasaran dengan kebutuhan konsumen sasaran. Perusahaan juga harus memiliki strategi penawaran yang lebih kuat dari penawaran pesaing dalam pikiran konsumen.

Masyarakat

Masyarakat adalah kelompok yang mempunyai potensi kepentingan atau kepentingan nyata, atau pengaruh pada kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya. Ada tujuh tipe masyarakat: Masyarakat keuangan, masyarakat media, masyarakat pemerintah, masyarakat Lembaga Swadaya Masyarakat, masyarakat local, masyarakat umum, masyarakat internal.

Lingkungan Makro perusahaan merupakan kekuatan sosial yang lebih besar yang memengaruhi lingkungan mikro perusahaan. Lingkungan makro perusahaan terdiri dari: Lingkungan demografis, ekonomi, alam, teknologi, politik, dan budaya.

Lingkungan Demografis

Demografi adalah studi kependudukan manusia menyangkut ukuran, kepadatan, lokasi, usia, jenis kelamin, ras, lapangan kerja, dan data statistic lain. Lingkungan demografi menjadi minat utama perusahaan karena lingkungan demografis menyangkut masyarakat, dan masyarakat membentuk pasar.

Lingkungan Ekonomi

Adalah faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli dan pola pengeluaran konsumen. Suatu bangsa mempunyai tingkat dan distribusi pendapatan yang sangat beragam. Sejumlah negara mempunyai ekonomi subsisten-negara mengkonsumsi hasil pertanian dan industrinya sendiri. Negara-negara menawarkan peluang pasar yang kecil. Ekonomi industry-menawarkan pasar yang kaya untuk berbagai jenis barang yang berbeda.

Lingkungan Alam

Lingkungan alam memperlihatkan kekurangan potensial dari bahan baku tertentu, biaya energi yang tidak stabil, tingkat populasi yang meningkat, dan gerakan “hijau” yang berkembang untuk melindungi lingkungan.

Lingkungan Teknologi

Lingkungan teknologi adalah kekuatan yang menciptakan teknologi baru, menciptakan produk, dan peluang pasar, yang baru. Teknologi telah menciptakan benda-benda yang mengagumkan seperti antibiotic, pembedahan robotic, alat-alat elektronik mini, komputer, laptop, dan internet. Dengan adanya teknologi baru maka akan menciptakan pasar dan peluang baru.

Lingkungan Politik

Keputusan pemasaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan dalam lingkungan politik. Lingkungan politik terdiri dari hukum, badan pemerintah, dan kelompok LSM yang mempengaruhi atau membatasi berbagai organisai dan individu di dalam masyarakat tertentu.

Lingkungan Budaya

Lingkungan budaya terdiri dari institusi dan kekuatan lain yang mempengaruhi nilai dasar, persepsi, selera, dan perilaku masyarakat. Manusia tumbuh dalam masyarakat tertentu yang membentuk keyakinan dan nilai dasarnya. Karakteristik budaya yang mempengaruhi pengambilan keputusan pemasaran adalah: Keteguhan pada nilai-nilai budaya dan perubahan dalam nilai budaya sekunder.
2.       DASAR-DASAR PEMASARAN SYARIAH

2.1.Dari Era Rasional ke Emosional ke Spiritual
Banyak orang mengatakan, pasar syariah adalah pasar yang emosional (emotional market), sedangkan pasar konvensional adalah pasar yang rasional (rational market). Maksudnya, orang tertarik untuk berbisnis pada pasar syariah karena alasan-alasan keagamaan (dalam hal ini agama Islam) yang bersifat emosional, bukan karena ingin mendapatkan keuntungan finansial yang bersifat rasional. Sebaliknya, pasar konvensional atau non syariah, orang ingin mendapatkan keuntungan finansial sebesar-besarnya, tanpa terlalu peduli apakah bisnis yang digelutinya tersebut mungkin menyimpang atau malah bertentangan dengan ajaran agama Islam. Benarkah demikian?
Suatu ketika, saya berdiskusi ringan dengan seorang kiai yang juga pakar ekonomi syariah dan anggota Dewan  Pengawas Syariah (DPS) dari beberapa bank dan asuransi syariah, K.H. Dr. Didin Hafidhuddin. Saya bilang, “Pak Kiai, apakah benar ada dikotomi antara pasar emosional dan pasar rasional? Dan apakah pasar syariah itu pada awalnya hanyalah pasar emosional, kemudian bergeser ke pasar rasional?” Jawaban beliau terus terang tidak saya duga, “Kata siapa orang yang ada di pasar emosional tidak rasional? Justru orang-orang yang ada di pasar emosional sebenarnya sangat rasional dalam menentukan pilihan.”
Beliau mengatakan, orang yang berada dalam kategori pasar emosional biasanya lebih kritis, lebih teliti, dan sangat cermat dalam membandingkan dengan bank atau asuransi konvensional yang selama ini digunakannya, sebelum menentukan pilihan ke pasar syariah. Sambil bercanda beliau menambahkan, “Hitung-hitungan orang seperti ini malah bisa sampai ke hitung-hitungan amal ke akhirat.”
Pernyataan ini ada benarnya. Coba kita tengok pendapat seorang praktisi perbankan syariah dikotomi pasar emosional dan pasar rasional, Budi Wisakseno. Beliau yang merupakan mantan Direksi Bank Muamalat indonesia dan saat buku ini ditulis menjabat sebagai Direktur Utama Bank Syariah Mega Indonesia, mengatakan bahwa pemahaman dikotomi antara nasabah rasional dan nasabah emosional adalah keliru. Cara berfikir seperti itu, katanya, dilandasi oleh teori pemasaran konvensional yang berpaham sekuler; segala hal yang berlandaskan cara berfikir keagamaan serta-merta akan dianggap sebagai sesuatu yang tidak rasional.
Ketika seorang nasabah rasional mendapatkan informasi bahwa suku bunga perbankan (konvensional) sedang tinggi, ia menarik dananya di bank syariah dan memindahkannya ke bank konvensional. Teori pemesaran konvensional mengatakan ini adalah sikap yang rasional karena dia mencoba menghindar dari situasi yang kurang menguntungkan. Namun, sebenarnya ini juga bisa dikatakan cara berfikir emosional, karena hanya mempertimbangkan keuntungan dunia, tetapi mengabaikan keuntungan akhirat.
Sebaliknya, seorang nasabah yang-menurut sebagian pihak-emosional karena mengedepankan nilai-nilai ajaran agamanya (Islam) dalam setiap pengambilan keputusan investasi, sebenarnya mempunyai dua perspektif waktu. Pertama, perspektif waktu sekarang, yaitu ketika ia masih hidup di dunia. Kedua, perspektif waktu setelah mati, yaitu periode sejak nasabah meninggal atau kehidupan alam kubur sampai dengan waktu saat manusia akan dihitung amal baik dan buruknya selama hidup di dunia (dihisab).
Adanya perspektif waktu setelah mati pada nasabah Muslim ini dapat menjelaskan mengapa seorang nasabah bank syariah bahka bisa menerima keuntungan yang nilainya lebih kecil sepanjang hal itu halal. Memang, praktik bisnis dan pemasaran sebenarnya bergeser dan mengalami transformasi dari level intelektual (rasional), ke emosional, dan akhirnya ke spiritual. Pada akhiirnya, konsumen akan mempertimbangkan kesesuaian produk dan jasa terhadap nilai-nilai spiritual yang diyakininya. Di level intelektual, pemasaran memang menjadi seperti “robot” dengan mengandalkan kekuatan logika dan konsep-konsep keilmuan.
Di level intelektual (rasional), pemasar menyikapi pemasaran secara fungsional-teknikal dengan menggunakan sejumlah tools pemasaran, seperti segmentasi, targeting, positioning, marketing-mix, branding, dan sebagainya. Kemudian, di level emosional, kemampuan pemasar dalam memahami emosi dan perasaan pelanggan menjadi penting. Di sini pelanggan dilihat sebagai manusia seutuhnya, lengkap dengan emosi dan perasaannya. Jika di level intelektual otakl kiri si pemasar paling berperan, di level emosional otak kananlah yang lebih dominan. Jika di level intelektual pemasaran layaknya “robot”, di level emosional pemasaran menjadi seperti “manusia” yang berperasaan empatik. Beberapa konsep pemasaran yang ada pada level emosional ini antara lain experiental marketing dan emotional branding. 
Namun, di masa kini dan di masa datang, apalagi setelah pecahnya skandal keuangan di Amerika Serikat dengan tumbangnya perusahaan-perusahaan raksasa, seperti enron, WordCom, atau Global Crossing, era pemasaran telah bergeser lagi ke arah spiritual marketing. Di level spiritual ini, pemasaran sudah disikapi sebagai “bisikan nurani” dan “panggilan jiwa” (“calling”).  Di sini praktik pemasaran dikembalikan kepada fungsinya yang hakiki dan dijalankan dengan moralitas yang kental. Prinsip-prinsip kejujuran, empati, cinta, dan kepedulian terhadap sesama manjadi dominan.
Jika di level intelektual bahasa yang digunakan adalah “bahasa logika” dan di level emosional adalah “bahasa rasa”, maka di level spiritual digunakan “bahasa hati”. Kata hati nurani adalah lentera penerang yang akan menunjukkan ke mana arah yang akan dituju. Nurani adalah “senjata pamungkas” Anda untuk memenangkan persaingan.
Kasus runtuhnya sejumlah perusahaan di atas menunjukkan bahwa sehebat apapun strategi bisnis Anda, secanggih apa pun tools pemasaran yang Anda jalankan, semuanya tak akan ada gunanya kalau tidak dilandasi nilai-nilai spiritual yang kokoh. Kasus manipulasi akuntansi terbesar dalam kegiatan dalam sejarah bisnis Amerika Serikat tersebut menunjukan betapa semakin tingginya kompleksitas bisnis, semakin canggihnya tools manajemen, dan semakin majunya perangkat regulasi ternyata tidak menjadikan praktik bisnis menjadi semakin dewasa dan beradab. Justru sebaliknya, ia semakin kebablasan tanpa etika, tanpa nilai-nilai moral, dan tanpa pegangan.
Bumi sudah menjadi renta, carut-marut, dan dan amburadul akibat ulah manusia. Namun, manusia-manusia itu sendiri agaknya masih saja sama, masih enggan bertobat dan kurang menyesali kesalahannya, kata Andrias Harefa dalam buku Kepemimpinan Kristiani. Praktik bisnis sakit yang selama puluhan tahun melingkupi keseharian kita semakin menyadarkan kita bahwa kejujuran, etika, dan moral dalam suatu bisnis menjadi suatu keharusan. Pada lingkungan bisnis yang tidak jarang mengabaikan etika, kejujuran merupakan resource yang semakin langka bagi perusahaan. Dan tak hanya langka, ia merupakan resource yang bisa di-leverage menjadi komponen penting daya saing suatu perusahaan. Dari sinilah, kemudian muncul paradigma baru dalam pemasaran, yan dilandasi oleh kebutuhan yang paling dasar, yaitu kejujuran, moral, dan etika dalam bisnis. Inilah spiritual marketing.
Spiritual marketing merupakan tingkatan tertinggi. Orang tidak semata-mata menghitung lagi untung atau rugi, tidak terpengaruh lagi dengan hal-hal yang bersifat duniawi. Panggilan jiwalah yang mendorongnya, karena di dalamnya mengandung nilai-nilai spiritual. Spiritual dalam pengertian Kristiani, mungkin seperti yang dikatakan Robelt L. Wise dalam bukunya, Spiritual Abundance, ..sesuatu yang tidak bisa saya lihat dengan mata saya, dan hanya bisa saya rasakan dalam hati saya, atau sesuatu yang seperti itu.”
Dalam bahasa syariah, spiritual marketing adalah tingkatan “pemasaran langit”, yang karena di dalam keseluruhan prosesnya tidak ada yang bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah (bisnis syariah), ia mengandung nilai-nilai ibadah, yang menjadikannya berada pada puncak tertinggi dalam pemasaran atau muamalah. Hal ini adalah refleksi dari ikrar seorang Muslim ketika ia beribadah, “Qul inna shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil ‘alamin” (Ya Allah, aku berikrar, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah semata.”
Seorang muslim yang baik, dalam transaksi muamalahnya-dalam hal ini pemasaran baik sebagai pemimpin perusahaan, pemilik, pemasar, pesaing, maupun sebagai pelanggan-hendaklah prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, transparansi, etika, dan moralitas menjadi nafas dalam setiap bentuk transaksi bisnisnya. Karena itu, bagi seorang Muslim, setiap hari jumat di masjid, ia selalu diingatkan khatib dalam penutupan khutbahnya, agar senantiasa berbuat adil ketika melakukan transaksi bisnis, senantiasa jujur, dan berbuat baik kepada siapa saja, keluarga maupun orang lain, menghindari perbuatan-perbuatan tercela, apalagi permusuhan, baik dalam pergaulan bisnis maupun bermasyarakat secara umum. Ayat yang tak luput dibacakan dibacakan oleh khatib tersebut adalah sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberikan kepada kaum karabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”(QS. An-Nahl [16]: 90).
Selain itu, dalam syariah marketing, bisnis yang disertai keikhlasan semata-mata hanya untuk mencari keridhaan Allah, maka seluruh bentuk transaksinya insyaAllah menjadi ibadah di hadapan Allah swt. Ini akan menjadi bibit dan modal dasar baginya untuk tumbuh menjadi bisnis yang besar, yang memiliki spiritual brand, yang memiliki karisma, keunggulan, dan keunikan yang tak tertandingi. Seperti kata Al-Quran, “Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena  mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu akan menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.”

2.2. Spiritual Marketing sebagai Jiwa Bisnis
Stephen R. Covey penulis buku legendaris, The 7 Habit of Highly Effective People, di penghujung karirnya dia menerbitka buku baru, The 8th habit: From Effectiveness to Greatness, menyimpulkan bahwa factor spiritual merupakan kunci terakhir yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam suatuperusahaan.Kita perlukan kepemimpinan spiritual dalam mengelola suatu bisnis, terlepas dari mana sumber spiritual tersebut.
Suatu bisnis, sekalipun bergerak dalam bisnis yang berhubungan dengan agama, jika tidak mampu memberikan kebahagaiaan kepada semua pihak, berarti belum melaksanakan spiritual marketing. Sebaliknya jika dalam berbisnis kita sudah mampu memberikan kebahagiaan, menjalankan kejujuran dan keadilan, sesungguhnya kita telah menjalankan spiritual marketing, apapun bidang yang kita geluti. Dalam bisnis travel haji misalnya, sekalipun mengurusi orang yang sedang menjalankan ibadah haji, jika dalam pengelolaannya terdapat penyimpangan-penyimpangandari segi fasilitas dan akomodasi setelah di Tanah Suci, tidak sesuai dengan yang dijanjikan dan dipromosikan sebelumnya, berarti sesungguhnya bisnis ini tidak berjalan dengan konsep bisnis syariah. Iapun belum menjalankan spiritual marketing.
2.3.Karakteristik Syariah Marketing
Kata “syariah” (al-syari’ah) telah ada dalam bahasa Arab sebelum turunnya Al-Quran. Kata yang semakna dengannya juga ada dalam Taurat dan Injil. Kata syari’at dalam bahasa Ibrani disebutkan sebanyak 200 kali, yang selalu mengisyaratkan pada makna “kehendak Tuhan yang diwahyukan sebagai wujud kekuasaan-Nya atas segala perbuatan manusia.”
Dalam Al-Quran kata syari’ah disebutkan hanya sekali dalam Surah Al-Jatsiyah, “Kemudian Kami Jadikan kamuberda didalam suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kalu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui” (QS Al-Jatsiyah: 18).
Kemudian kata itu muncul dalam bentuk kata kerja dan turunnya sebanyak tiga kali ;
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan_Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa…” (QS As-Syura: 13)
“Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan (syi’ah) dan jalan” (QS Al-Maidah:48).
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menetuka (dari Alllah), tentulah merteka telah dibinasakan. Dan sesunggguhnya orang-orang yang zalim ituakan memperoleh azabyang amat pedih” (QS As-Syur: 21).
Kata syariah berasal dari kata syara’a al-syai’a yang berarti ‘menerangkan’ atau ‘menjelaskan sesuatu’. Atau berasal dari kata syir’ah dan syari’ah yang berarti ‘suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air secara langsung sehingga orang yang mengambilnya tidal memerlukan bantuan alat lain’.
Syaikh Al-Qardhawi mengatakan, cakupan dari pengertian syariah menurut pandangan Islam sangatlah luas dan komprehensif (al-syumul). Didalamnya mengandung makna mengatur seluruh aspek kehidupan, mulai dari aspek ibadah (hubungan manusia dengan Tuhannya), aspek keluarga (seperti nikah, talak, nafkah, wasiat, warisan), aspek bisnis (perdagangan, industri, perbankan, asuransi, utang-piutang, pemasaran, hibah), aspek ekonomi (permodalan, zakat, bait, al-maf, fa’I, ghanimah), aspek hukum dan peradilan, aspek undang-undang hingga hubungan antar Negara.
Pemasaran sendiri adalah bentuk muamalah yang dibenarkan dalam Islam, sepanjang dalam segala proses transaksinya terpelihara dari hal-hal terlarang oleh ketentuan syariah. Maka, syariah marketing adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan value dari suatu inisiator kepada stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad danprinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam.
Ini artinya bahwa dalam syariah marketing, seluruh proses, baik proses penciptaan, proses penawaran, maupun proses perubahan nilai (value), tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah yang Islami. Sepanjang hal tersebut dapat dijamin, dan penyimoangan prinsip-prinsip muamalah islami tidak terjadi dalam suatu transaksi apapun dalam pemasaran dapat dibolehkan.
Ada 4 karakteristik syariah marketing yang dapat menjadi panduan bagi para pemasar sebagai berikut:
Teistis (rabbaniyyah) : jiwa seorang syariah marketer meyakini bahwa hokum-hukum syariat yang teistis atau bersifat ketuhanan ini adalah yang paling adil, paling sempurna, paling selaras dengan segala bentuk kebaikan, paling dapat mencegah segala bentuk kerusakan, paling mampu mewujudkan kebenaran, memusnahkan kebatilan dan menyebarluaskan kemaslahatan.
Etis (akhlaqiyyah) : Keistimewaan lain dari syariah marketer selain karena teistis (rabbaniyyah) juga karena ia sangat mengedepankan masalah akhlak (moral, etika) dalam seluruh aspek kegiatannya, karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang bersifat universalo, yang diajarkan oleh semua agama.
Realistis (al-waqiyyah) : syariah marketer adalah konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah islamiyah yang melandasinya. Syariah marketer adalah para pemasar professional dengan penampilan yang bersih, rapid an bersahaja, apapun model atau gaya berpakaian yang dikenakannya, bekerja dengan mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral dan kejujuran dalan segala aktivitas pemasarannya.
Humanistis (insaniyyah) : keistimewaan syariah marketer yang lain adalah sifatnya yang humanistis universal, yaitu bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, serta sifat-sifat kehewanannya dapat terkekang dengan panduan syariah. Syariat islam diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa menghiraukan ras, warna kulit, kebangsaan dan status.Hal inilah yang membuat syariah memiliki sifat universal sehingga menjadi syariah humanistis universal.

3.      PENDEKATAN PEMASARAN SYARIAH

3.1.Berbisnis Dengan Konsep Syariah
Telah kita ketahui bersama bahwa Rasulullah Muhammad SAW adalah seorang pedagang dan pebisnis. Dengan sifat yang dimilikinya, yaitu shiddiqamanahtabligh, dan fathonah, membuat Rasul menjadi pedagang yang sukses karena selalu jujur dan menjaga amanah yang diberikan padanya.Shiddiq artinya jujur/benar. Bukan hanya benar dan jujur dalam berkata-kata, tapi juga benar dan jujur dalam perbuatan. Satunya kata dan perbuatan. Amanah artinya dapat dipercaya. Jika suatu urusan diserahkan padanya, maka akan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga tidak akan mengecewakan orang lain. Tabligh artinya menyampaikan.
Apapun firman Allah yang diterimanya, semua disampaikan kepada umatnya. Fathonah artinya cerdas. Dengan kecerdasannya, berbagai kisah kesuksesan Rasul sebagai pedagang telah kita dengar. Mampukah kini kita meneladaninya? Dr. Irfan Syauqi Beik, Ketua Prodi Ekonomi Syariah FEM IPB, mengatakan bahwa motivasi berbisnis seorang muslim adalah untuk memberiman faat sebanyak-banyaknya bagi orang-orang di sekitarnya. Dengandemikian, kemandirian umat muslim akan cepat terwujud. Selain itu, pengusaha muslim juga harus memiliki pengetahuan dasar tentang fikih muamalah secara umum, konsep halal haram, jual beli yang cacat, riba, dan lain-lain. Pengusaha muslim juga harus menunjukkan keberpihakannya kepada institusi yang memperjuangkan Islam, dekat dengan gerakan dakwah, dan mempercayakan keuangannya kepada bank syariah, serta menunaikan zakat kepada lembaga resmi.
Prof. Dr. M. Suyanto, MM, seorang pengusaha muslim, penulis, dan dosen di STMIK AMIKOM, mengatakan bahwa dalam berbisnis, kita harus mampu menerapkan prinsip Islam, yaitu menggunakan dunia untuk mengejar akhirat. Harta dan kekayaan yang ada di tangan orang saleh akan menjadi kemaslahatan buat umat, karena digunakan sebagai sarana beribadah dan lading menabur amal. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan acuan bagi pengusaha muslim dalam berbisnis. Pertama, memiliki hati yang lembut (fa’fu’anhu), mudah member maaf dan selalu mendoakan orang lain, bahkan mereka yang memusuhinya. Selalu bermental positif, jika diberi cobaan ia bersabar, dan jika diberi kenikmatan, ia bersyukur.
Kedua, bermusyawarah dalam setiap perkara (wasyawirhumfilamri). Selalu berkomunikasi, bermusyawarah, dan bernegosiasi. Ketiga, tawakkal kepada Allah (fatawakkal ‘alallah). Ketiga hal ini harus dibarengi dengan usaha yang serius dan bekerja keras, sebelum berpasrah diri kepada Allah.
Dr.Adiwarman Karim, wakil ketua Dewan Syariah Nasional MUI, mengatakan bahwa konsep berbisnis dalam Islam ada tiga komponen, yaitu takhallitahalli, dan tajalliTakhalli adalah mengeluarkan yang buruk dalam diri, misalnya seorang muslim harus jujur. Tahalli bermakna bagaimana mengisi diri dengan dengan yang baik. Jujur saja tidak cukup, tetapi harus cerdas. Tajalli adalah memoles diri dengan keindahan, yaitu akhlakul karimah. Intinya, berbisnislah dengan jujur, cerdas, dan berakhlakul karimah, walaupun tantangannya tidak ringan. Tantangan ini adalah 3c, customer,competitor, dan company. Menghadapi customer, kita bisa berlaku jujur, cerdas, dan berakhlakul karimah. Namun di sisi lain, ada competitor yang akan selalu berupaya menjatuhkan kita.
Jika competitor berlaku curang, jangan terpancing untuk mengikuti caranya. Dalam jangka pendek mungkin orang yang curang akan menang, namun sesungguhnya dalam jangka panjang orang yang jujur akan mampu mengatasi competitor-nya. Tantangan lainnyaa adalah company, yang dalam hal ini adalah pemerintah. Sebagai mitra, seharusnya pemerintah membantu pengusaha muslim dalam menjalankan usahanya, misalnya dengan memfasilitasi kemudahan perijinan ataupun pengurusan pajak. Namun terkadang pemerintah justru menjadi hambatan dalam hal regulasi atau yang lainnya.
Dalam Islam, tidak diajarkan persaingan bisnis, melainkan bekerjasama (syarikah). Jika pun bersaing, maka persaingan ini adalah fastabiqul khairat, bersaing dalam kebaikan. Inilah perbedaan ekonomi Islam dengan ekonomi kapitalis. Ekonomi Islam mengajarkan syarikah, sementara ekonomi kapitalis selalu akan ada yang menang dan ada yang kalah serta saling menjatuhkan.

3.2.Berbisnis dengan qolbu
Sesungguhnya yang terpenting dalam kehidupan kita adalah pribadi kita, dan inti dari pribadi kita adalah hati kita, qolbu kita.   Secerdas apapun kita namun kalau didasari oleh kondisi qolbu atau malah dilandasi kejahatan dan kebusukan yang tidak baik, maka akan menghasilkan malapetaka bagi diri kita sendiri dan orang lain.  Demikian pula seindah apapun wujud lahiriah kita, apabila tidak terisi oleh qolbu yang bersih maka hanya akan membawa mudharat bukannya kebaikan.
Hati adalah sesuatu yang membuat keseluruhan anggota tubuh kita, pikiran, bahkan wujud lahiriah kita menjadi menarik bagi semua orang meskipun penampilan kita tidak terlalu istimewa.  Hati ini pula yang bisa melengkapi potensi otak dan kemauan menjadi pribadi yang cerdas dan mulia.   Dengan demikian orang yang lumpuh bisa menjadi pribadi yang mulia dan kuat, dan orang yang tidak begitu cerdas pun dapat menjadi orang yang mulia.
Ada sebuah syair yang menggambarkan bagaimana potensi sebuah hati dapat merubah wujud dan prilaku orang. Bila hati kian bersih, pikiran pun selalu jernih, semangat hidup kian gigih, prestasi mudah diraih, namun bila hati busuk, pikiran jahat merasuk, akhlak pun kian terpuruk, dia jadi makhluk terkutuk. Bila hati kian lapang,  meskipun hidup susah, namun tetap senang, walau pun kesulitan menghadang, dihadapi dengan tenang, tapi bila hati menjadi sempit, segalanya jadi rumit, seakan hidup terhimpit, lahir batin menjadi sakit.
Masya Allah, andai kata hati ini menjadi bersih, maka segala sesuatunya dapat menjadi mudah dan membahagiakan.  Bahkan dengan menjaga hati tetap bersih, maka pikirannya yang dulunya kurang cerdas akan berubah menjadi cerdas.  Betapa tidak, dengan hati yang bersih akan mengarahkan pikiran untuk bersih pula, sehingga tidak ada ruang untuk pikiran atau niatan yang jahat seperti ; dengki, egois, sombong, tidak suka melihat keberhasilan orang lain dan terselip keinginan untuk menjatuhkan orang lain karena merasa dirinya lah yang terbaik dan sebagainya.  Sebab, kalau tidak hati-hati benar, hidup kita bisa jadi sangat melelahkan karena senantiasa ber pikiran buruk.
Sekali saja kita memikirkan keburukan bagi orang lain, maka pada saat itu juga pikiran kita menjadi tidak produktif.  Mengapa?  Karena senantiasa memikirkan orang yang kita benci dan terus berharap ahgar dia mendapatkan kemalangan dan jika itu terjadi kita merasa sangat bahagia, karena orang yang kita benci mendapatkan balasannya.  Kondisi itu akan membuat kita hanya membuang-buang waktu dan selalu berpikiran buruk sehingga tidak ada kesempatan untuk meraih prestasi dan produktivitas. Kita hanya lelah memikirkan orang yang kita benci, disamping hanya menumpuk dosa bagi diri sendiri maka sesungguhnya kita menjadi pribadi yang rugi.  Karenanya bila hati kita bersih, maka pikiran menjadi cerdas dan kuat.
Orang yang hatinya bersih memiliki kemampuan berpikir yang lebih cepat daripada orang lain, namun orang yang berpikiran kotor cuma hanya berjalan di tempat.  Dia hanya bsa memikirkan keburukan atau mengeluh terhadap kemalangan yang di deritanya tanpa terbersit sedikit pun pikiran positif untuk merubahnya menjadi baik, sehingga hatinya menjadi sempit.
Coba perhatikan, jika terdapat hewan yang berbahaya, seperti anjing atau ular di lapangan yang luas, maka ancaman itu tidak kita rasakan karena tidak mudah melihatnya atau kita dapat dengan mudah menghindarinya karena daerah tersebut masih sangat luas, namun sebaliknya bagaimana jika ada anjing dan ular di tempat yang sempit, niscaya diri kita merasa sangat terancam dan ketakutan dan sulit untuk menghindarinya.  Artinya dalam kondisi hati yang sempit, perkara yang mudah dan kecil saja dapat menjadi kesulitan terbesar yang tidak dapat diatasi akibatnya kita hanya menghabiskan waktu untuk memikirkan kemungkinan terburuk tanpa mencari solusinya, apalagi jika kita menghadapi perkara yang besar.
Manfaat lain dari hati yang bersih adalah membuat penampilan kita terutama wajah kita nampak menarik. Wajah kita senantisa memancarkan kecerahan dan penuh keramahan.  Bukankah Nabi Muhammad juga demikian?  Beliau tidak pernah menampakkan kesusahan hati dan selalu dalam kondisi tersenyum cerah. Senyum yang penuh keikhlasan bernilai sangat besar karena selainkan  merupakan sedekah bagi orang lain juga memberikan dampak yang positif  dan membuat tubuh lebih sehat.  Menurut penelitian dokter, ternyata senyum menggerakkan 17 otot, sedangkan cemberut menggerakkan 32 otot, karena itu orang yang sering cemberut akan mengalami kelelahan otot.
Dalam berbicara kita juga harus berhati-hati, sebab tutur kata menunjukkan kualitas seseorang.  Bukankah mulut itu ibarat teko?  Jika terisi oleh kopi, maka akan keluar kopi, jika terisi air bening , maka akan keluar air bening.  Orang yang berkualitas, jika berbicara ada struktur dan cirinya.  Kalau dia berbicara, maka yang keluar adalah ide, gagasan, hikmah, solusi dan zikir sehingga pembicaraanya menjadi bermanfaat.
Semakin banyak omongan yang sia-sia, maka akan semakin turun kualitas orang tersebut.  Bukan kah Rasulullah juga dikenal sebagai pribadi yang sangat menjauhkan diri dari pembiacaran yang sia-sia atau tidak jelas tujuannya.  Beliau lebih memilih diam jika tidak ada hal yang bermanfaat untuk disampaikan.  Ciri-ciri kualitas seseorang dilihat dari sejauh mana kesanggupannya untuk menahan diri dari sesuatu yang sia-sia.  Kalau kita senantiasa mengendalikan hati, Insya Allah,  maka detak jantung menjadi normal karena tidak melibatkan nafsu dan emosi, wajah cerah, percakapan menjadi menyenangkan dan badan menjadi sehat. Lebih dari itu, bergaul dengan siapa pun menjadi menyenangkan.  Hidupkan hati dengan memperbanyak ilmu, memperbanyak ibadah dan zikir.  Ladang untuk berkarya teramat luas, dan hiduplah dengan menjaga kebersihan hati, Insya Allah hidup kita akan menjadi indah dan penuh makna.
Lantas, bagaimana kaitannya antara bisnis dengan manajemen qolbu?  Perlu disadari bahwa inti dari aktivitas bisnis adalah manusianya.  Sedangkan manusia itu sangat tergantung dari suasana hati.  Pendek kata, kalau seseorang sudah jujur, maka Insya Allah bisnis yang dijalankannya pun akan bermutu tinggi.Bahkan nilainya sendiri dapat terangkat lebih dari sekadar transaksi uang atau barang.  Dan otomatis bisnis yang dilakukannya itu akan menjadi lebih mulia dan terhormat.  Dengan demikian penekanan Manajemen Qolbu dalam bisnis adalah membuat orang dapat berbisnis dengan keutamaan hati yang bersih sehingga bisnisnya akan melahirkan kemuliaan dan baroqah bukannya kehinaan.
3.3.Sembilan etika pemasaran
Ada sembilan etika pemasar, yang akan menjadi prinsip-prinsip bagi syariah marketer dalam menjalankan fungi-fungsi pemasaran, yaitu:
1. Memiliki kepribadian spiritual(Taqwa)
2. Berkepribadian baik dan simpatik (Shiddiq)
3. Berlaku adil dalam berbisnis (al-'adl)
4. Melayani nasabah dengan rendah hati (Khitmah)
5. Selalu menepati janji dan tidak curang (Tahfif)
6. Jujur dan terpercaya (Amanah)
7. Tidak suka berburuk sangka
8. Tidak suka menjelek-jelekkan
9 Tidak melakukan suap (Riswah)

4.      MEMBANGUN BISNIS DENGAN NILAI-NILAI SYARIAH
4.1.Membangun nilai-nilai kejujuran dalam bisnis
Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak ada kejujuran, karena kejujuranmerupakan modal utama untuk memperoleh kepercayaan dari mitra bisnis-nya, baik berupa kepercayaan komersial, material, maupun moril. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran. Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang berkaitan dengan kejujuran:
1. Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Pelaku bisnis disini secara a priori saling percaya satu sama lain, bahwa masing-masing pihak jujur melaksanakan janjinya. Karena jika salah satu pihak melanggar, maka tidak mungkin lagi pihak yang dicuranginya mau bekerjasama lagi, dan pihak pengusaha lainnya akan tahu dan tentunya malas berbisnis dengan pihak yang bertindak curang tersebut.
2. Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga yang baik. Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok dalam berbisnis. Karena jika ada konsumen yang merasa tertipu, tentunya hal tersebut akan rnenyebar yang menyebabkan konsumen tersebut beralih ke produk lain.
3. Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan yaitu  antara   pemberi    kerja   dan   pekerja, dan berkait dengan kepercayaan. Perusahaan akan hancur jika kejujuran karyawan ataupun atasannya tidak terjaga.



4.2. Keadilan Versus Keserakahan

Salah satu prinsip dari bermuamalah yang harus menjadi akhlaq dan harus tertanam dalam diri pemasar adalah sikap adil (al-‘adl). Lawan kata dari keadilan adalah kedzaliman (Al-Dzulm), yaitu sesuatu yang telah diharamkan Allah atas diri-Nya sebagaimana telah diharamkan-Nya atas hamba-Nya.
        4.3. Sifat-sifat yang membangun dalam mengelola bisnis
Ada empat hal yang menjadi key success factors (KSF) dalam mengelola suatu bisnis, agar mendapat celupan nilai-nilai moral yang tinggi. Untuk memudahkan mengingat, kita singkat dengan SAFT, yaitu:
1. Shiddiq (benar dan jujur) : jika seorang pemimpin senantiasa berprilaku benar dan jujur dalam sepanjang kepemimpinannya, jika seorang pemasar sifat shiddiq haruslah menjiwai seluruh prilakunya dalam melakukan pemasaran, dalam berhubungan dengan pelanggan, dalam bertransaksi dengan nasabah, dan dalam membuat perjanjian dengan mitra bisnisnya.
2. Amanah (terpercaya, kredibel) : artinya, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan kredibel, juga bermakna keinginan untuk untuk memenuhi sesuatu sesuai dengan ketentuan. Diantara nilai yang terkait dengan kejujuran dan melengkapinya adalah amanah.
3. Fathanah (cerdas) : dapat diartikan sebagai intelektual, kecerdikan atau kebijaksanaan. Pemimpin yang fathanah adalah pemimpin yang memahami, mengerti dan menghayati secara mendalam segala hal yang menjadi tugas dan kewajibannya.
4. Thabligh (komunikatif) : artinya komunikatif dan argumentatif. Orang yang memiliki sifat ini akan menyampaikannya dengan benar (berbobot dan dengan tutur kata yang tepat (bi al-hikmah). Berbicara dengan orang lain dengan sesuatu yang mudah dipahaminya, berdiskusi dan melakukan presentasi bisnis dengan bahasa yang mudah dipahami sehingga orang tersebut mudah memahami pesan bisnis yang ingin kita sampaikan.
Keempat KSF ini merupakan sifat-sifat Nabi Muhammad Saw yang sudah sangat dikenal tapi masih jarang diimplementasikan khususnya dalam dunia bisnis.


DAFTAR PUSTAKA